" ya, kamu anggap ujian juga boleh "
" kalau begitu silahkan Mbah...... "
" nanti begitu akhir ajal datang, bagaimana cara kamu membunuh nya....? " tanya Mbah Nur.
" ya belum tau juga Mbah, soalnya setelah sekian lama menderita menjalani peranya, pasti nya dia sangat kelelahan, ya, mungkin ndak ada perlawanan yang berarti darinya, bagaimana kalau begini Mbah, saya akan tatap lalu menghampiri nya, kemudian saya raih kedua tangannya, saya cium kedua punggung dan telapak tangannya, kemudian saya peluk mesra, kemudian saya bisikan salam 'Assalamualaika yaa Maula Furqon Nur Hasan'..... Â Kalau begitu gimana Mbah " jawab saya sekenanya.
" yaa, begitu juga boleh... Ya sudah aku pamit, kamu lanjut narik sana... " timpal Mbah Nur.
" Lho mau kemana tho Mbah... Saya juga masih kangen " saya mencoba menahan Mbah Nur.
" sudah, sudah, jangan banyak tanya! Kamu ingat saja setoran motor mu belum kebayar kan, jangan lupa juga biaya resepsi itu makin mahal, apalagi kalau nanggap dangdut!.... "
Saya hanya menggaruk kepala, sambil bergegas meraih kunci motor di atas meja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H