" oh ndak Mbah, itu kopi sachetan biasa cuma saya tambah kopi lagi satu sendok teh, biar lebih legit" jawab saya.
" oh dapat ide dari mana itu, atau memang nggak sengaja coba-coba aja...? " tanya Mbah Nur, lagi.
" ya coba - coba ajah Mbah, persis seperti si Mbah yang sekarang sedang coba - coba mengalihkan topik pembicaraan... Hehehe... " jawab saya sambil mencoba keluar dari keterjebakan.
" hahahahaaaaaa... Kamu ini, senang aku kalo banyak anak muda begini, bangga betul aku sama kamu Di" timpal Mbah Nur mengiringi gelak tawa nya.
" ah simbah bisa saja, tapi ya tetep ajah aku ndak kejebak dua kali Mbah, tadi nanya sekarang muji, mbok langsung dijawab aja tho Mbah " saya kembali memburu.
" oke, kalo gitu kita mulai, kamu pernah denger peribahasa 'Mati satu tumbuh seribu'...? "
" ya, Mbah pernah "
" simpan dulu yang itu, sekarang kamu pegang tangan ku " pintu Mbah Nur.
Kemudian saya pegang telapak tangan yang beliau julurkan.
" apa rasanya...? " tanya Mbah Nur.
" dingin Mbah "