Mohon tunggu...
Adhira Devi
Adhira Devi Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Sedang Membiasakan Membuat Karya Tulis ...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kecurangan Membawa Kehancuran

9 Maret 2020   23:00 Diperbarui: 9 Maret 2020   23:01 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rahmat nama panggilannya, ia adalah seorang pegawai honorer yang bekerja di kelurahan Bojong Indah. Ia memiliki 1 istri dan 2 anak. Sudah 10 tahun lamanya ia bekerja di Kelurahan, namun tidak kunjung diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Walaupun begitu, Rahmat tetap bertekad menjadi pegawai yang ulet dan rajin di kantornya.

Dengan sepeda ontelnya dan pemandangan sawah di pagi hari ia menikmati perjalanan pagi itu untuk pergi ke kantor. Sesampainya di kantor Rahmat sang pegawai yang sudah dikenal sebagai pegawai yang supel dan ulet pastinya menyapa teman-teman kantornya ini dengan sumringah.

"selamat pagi semua, jangan lupa semangat!" teriaknya kepada teman-temannya.

Rahmat ini bekerja di Kelurahan Bojong sebagai pegawai pembantu, yang artinya ia harus mengerjakan seluruh pekerjaan yang teman lainnya tidak bisa kerjakan.

            Tak lama berselang Rahmat dipanggil oleh atasannya untuk mengerjakan pekerjaannya itu.

"Mat, ini tolong dikerjakan ya" ucap Iwan

"Baik pak, nanti akan saya kerjakan" jawab Rahmat

            Ternyata berkas itu adalah berkas pengeluaran keuangan selama satu bulan lamanya. Setelah Rahmat kerjakan dengan lama, tidak kerasa waktu pun sudah mulai malam. Rahmat segera merapihkan pekerjaannya itu untuk bergegas bertemu keluarga.

            Sesampainnya di rumah ia sudah disambut keluarganya untuk makan malam yang sederhana. Makan malam ini diselingi candaan dan cerita-cerita tentang pribadi masing-masing keluarga. Tiba-tiba saja Shafa anak pertama Rahmat menyeletuk di perbincangan keluarga ini.

"pak, tadi Shafa abis di panggil oleh bagian keuangan, katanya harus melunasi semua tagihan. Karena sebentar lagi Shafa akan menghadapi Ujian Nasional" dengan nada pendek Shafa memberi tahu Rahmat

"Iya nak, bapak akan melunasi semua tanggungan biaya sekolah mu!" tanpa berfikir panjang Rahmat meberikan jawaban yang semangat kepada anaknya itu.

"oke pak kalau gitu Shafa akan kasih tau orang bagian keuangan" jawab Shafa dengan polos.

Karena sudah malam Shafa dan Harris pun bergegas masuk kamar, tetapi tidak dengan Rahmat. Rahmat masih terdiam sendiri di atas meja makannya itu, ia berfikir bagaimana harus mendapatkan uang lebih untuk bisa membayar sekolahnya Shafa. Berjam-jam Rahmat melamunkan hal itu, setelah beberapa lama akhirnya ia memutuskan untuk masuk kamarnya dan bergegas istirahat karena besok ia akan bekerja lagi. Di dalam kamarmya terdapat seorang istrinya yang sedang tertidur lesu karena sakit, Rahmat kembali melamun sebentar sambal mencari jalan keluar untuk semua masalah yang ia akan hadapi.

            "kukuruyukkkkkkkkk............" suara ayam berkokok menunjukkan pagi hari

Rahmat segera bergegas bangun, namun ketika hendak mandi ia menemui sang istri yang sedang ada di dapur.

"loh bu, kan lagi sakit kenapa di dapur?" tanya Rahmat kepada sang istri

"iya pak, ibu mau nyiapin sarapan untuk kalian berangkat" jawab lembut sang istri

"udah ga perlu nyiapin, nanti bapak yang akan siapin sarapan untuk anak-anak" bilang Rahmat

"gapapa pak, kan kemarin juga ibu sudah cukup istirahatnya" tolak sang istri

Akhirnya mereka mempersiapkan sarapannya berdua karena kondisi sang istri yang sedang sakit. selesai mempersiapkannya Rahmat mandi dan bergegas untuk ke kantor, karena ia harus menyelesaikan pekerjaan yang kemarin pak Iwan suruh kerjakan.

            Sesampainya di kantor Rahmat bergegas ke ruangannya dan segera mengerjakan tugas yang di berikan pak Iwan. Selang beberapa jam ia menyadari ada yang tidak beres dalam perincian

uang keluar yang ada di dalam berkas tersebut. Rahmat mulai berfikir bagaimana bisa pengeluaran sebanyak ini dan tidak ada buktinya. tiba-tiba ia terhenti mengerjakan tugasnya itu dan mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

"apakah pak Iwan ini melakukan penggelapan dana?" tanyanya di dalam hati.

Rahmat belum berani untuk menanyakan kepada pak Iwan soal ini, karena ia berfikir ini masalah yang serius dan dia harus mencari penyebabnya. Atau mungkin karena ia lagi banyak fikiran jadinya malah overthinking. Hari ini hari yang cukup berat untuk Rahmat mulai dari urusan rumah sampai urusan di kantornya. Tetapi ia harus menutupi semuanya ini demi orang-orang yang ada disekelilingnya.

            Keesokan harinya, ia kembali mengerjakan berkas itu. Rasanya ingin sekali melewati hari ini dan tentunya segera menyelesaikan ini semua. Tetapi mengapa tidak bisa? Hati ini masih bertanya-tanya, tanpa berfikir panjang Rahmat pergi keruangan pak Iwan dan menanyakan hal tersebut.

"tok tok tok" suara pintu yang diketok Rahmat

"silahkan masuk" Pak Iwan menyuruhnya

"oh kamu, ada apa ya?" sambung pak Iwan

"oh begini pak, kemarin kan saya disuruh bapak untuk mengerjakan laporan keuangan, tapi mengapa saya menemukan beberapa ke ganjilan dalam laporan tersebut ya pak?" tanya Rahmat dengan serius.

Tanpa menjelaskan apapun, tiba-tiba pak Iwan memberikan uang ke Rahmat dan bilang sedikit seusatu

"ini untuk kamu, saya tahu kamu perlu uang ini" kata pak Iwan

"maaf pak sebelumnya, kenapa saya dikasih uang sebayak ini? Saya kan hanya mempertanyakan soal dana pengeluaran" tanya Rahmat dengan penasaran

Setelah cerita panjang lebar tentang penggelapan dana yang dilakukan pak Iwan, Rahmat merasa bersalah karena jika kasus ini ia tutupi maka semuanya sudah tidak sehat. Tapi bagaimana pak Iwan sudah baik kepadanya.

"uang ini diterima saja dulu, nanti jika kurang saya akan bantu kamu untuk menjadi PNS" bilang pak Iwan sambal merayunya

"nggggggggggggg.......... ta........pi pak........... ini uang bukan hak saya" kata Rahmat

"bukankah istri kamu sedang sakit di rumah? Apa kamu tidak butuh uang ini?" omongan pak Iwan ini terus menggoda Rahmat

Sebelum ia tergoda Rahmat permisi untuk keluar ruangan pak Iwan, ketika ingin melangkah keluar pintu pak Iwan berteriak "bisa kamu fikirkan!" Rahmat langsung bergegas keluar.

            Setelah kejadian yang baru saja terjadi Rahmat meminta izin untuk pulang setengah hari. Rasanya tidak ada masalah yang seberat ini, kekurangan yang ia alami tidaklah berat karena ia akan terus berusaha untuk mendapatkan hal yang layak demi keluarganya. Tetapi masalah di kantornya ini sungguh berat bagaimana bisa pak Iwan yang ia kenal baik malah melakakukan penggelapan dana yang cukup besar dan mengajaknya untuk tutup mulut.

            Setelah sampai rumah, ia mendengar ada sesuatu yang jatuh "drrrukkkkkkkkkk" . Suaranya lumayan kencang dan dari arah kamar mandi, ia pun langsung lari secepat mungkin. Ternyata sang istri yang tengah sakit terjatuh di depan kamar mandi. Rasanya hancur sekali hidup ini, mengapa masalah yang menimpanya sebanyak ini?! Rahmat segera menggotong istrinya ke kamar dan segera mencari bantuan kepada tetangga-tetangganya. Namun mereka semua tidak memiliki kendaraan untuk membawa sang istri ke rumah sakit. Tanpa berfikir panjag ia langsung menelfon orang kelurahan untuk meminjam mobil siapapun yang ada.

Selang beberapa menit mobil pun datang kerumahnya, ketika melihat mobilnya seperti tidak asing. Ah iya benar itu mobilnya pak Iwan! "sial kenapa harus dia" ucap Rahmat dalam hati

Pak Iwan langsung menyuuruh Rahmat untuk menggotong istrinya ke dalam mobil.

            Sesampainya di rumah sakit, sang istri harus dibawa ke UGD (Unit Gawat Darurat) karena keadaan sudah sangat parah. Lagi-lagi Rahmat termenung bagaimana dengan biaya semua yang ini dapat ia selesaikan.

"sabar ya mat, semuanya ada jalan. Jika butuh bantuan bilanglah dengan saya" kata pak Iwan.

"bagaimana saya bisa dapat uang sebanyak ini ya Tuhan" gumamnya

Tiba-tiba ia mengingat omongannya pak Iwan yang sempat menawari uang itu. Ia sudah pasrah dan tidak memiliki jalan lain untuk semuanya.

            Keesokan harinya Rahmat berangkat pergi ke kantor, ia segera menyelesaikan berkas itu dan segera menyerahkan ke pak Iwan. "tok tok tok" suara pintu yang diketok Rahmat

"silahkan masuk" jawab pak Iwan

Tanpa basa-basi Rahmat langsung memberikan berkas semuanya kepada pak Iwan. Tetapi tiba-tiba pak Iwan menanyakan keadaan sang istri. Setelah bicara banyak Rahmat yang tanpa berfikir panjang mengiyakan dana yang dikasih oleh pak Iwan.

           Selang 8 hari sang istri sudah dibolehkan pulang, Rahmat pun akhirnya bekerja kembali seperti biasanya. Berangkat naik sepeda ontelnya sambal menikmati sejuknya lingkungan. Sesampainya ia kaget ruangan pak Iwan sedang disidak, tubuhnya langsung gemetar semua. Barang-barang milik pak Iwan semuanya disita dan pak Iwan dibawa pihak untuk mempertanggung jawabkannya. Rahmat tidak percaya dengan semua itu, bagaimana bisa secepat itu tertangkapnya.

            Keeseokan harinya Rahmat didatangi oleh pihak yang berwajib, karena menerima aliran dana dari pak Iwan. Ini adalah hari terberat dan terhancurnya, bagaimana ia bisa menjelaskan kepada istri dan anak-anaknya nanti.

            Pak Iwan dan Rahmat terbukti bersalah karena telah menggelapkan dana desa dan Rahmat telah menerima aliran dana yang diberikan oleh pak Iwan sebagai uang tutup mulutnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun