Sebutan Baduy merupakan istilah yang digunakan orang luar kepada Orang Kanekes. Sejatinya, mereka lebih senang menyebut dirinya Orang Kanekes sesuai nama desa tempat mereka bermukim.
Namun, sekarang sebutan tersebut bagi mereka sudah tidak mempersoalkan, apakah disebut Orang Baduy atau Orang Kanekes.
Menurut Uday Suhada, salah seorang pengamat budaya asal Menes, Kabupaten Pandeglang dalam bukunya "Masyarakat Baduy dalam Rentang Sejarah" mengungkapkan, asal muasal Suku Baduy diyakini sebagai keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa yang diutus ke bumi.
Dalam kepercayaan Suku Baduy, mereka meyakini nenek moyang Suku Baduy sudah ribuan tahun tinggal di wilayah Kakolotan secara turun-temurun. Asal usul tersebut sering juga dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. "Mereka percaya jika Nabi Adam turun di wilayahnya," tulisnya.
Versi lain tentang asal usul Suku Baduy juga pernah ditulis sebelumnya oleh seorang wartawan senior yang juga budayawan Djoewisno, dalam bukunya berjudul "Potret Kehidupan Masyarakat Baduy."
Cerita tentang masyarakat Suku Baduy ditulis sebagai keturunan Kerajaan Pajajaran yang mengasingkan diri ke wilayah Pegunungan Kendeng di Banten Selatan pada abad ke-12 masehi
Dalam bukunya itu, Djoewisno menyebut awal mula pengasingan diri terjadi saat wilayah Banten dikuasai oleh Sunan Gunung Jati yang membawa misi menyebarkan agama Islam.
Kala itu, disaat mayoritas rakyat Pajajaran memutuskan untuk masuk Islam, sebagian lainnya memilih untuk mempertahankan agama nenek moyang, kemudian mereka hijrah ke Pegunungan Kendeng dan tinggal di sana hingga hari ini.Â
"Orang-orang Baduy bukan suku terasing, mereka yang mengasingkan diri di Banten Selatan," tulisnya.
Sampai kini, Desa Kanekes yang di dalamnya bermukim Suku Baduy kerap dikunjungi wisawatan domestik maupun mancanegara.Â
Ada beberapa aturan yang harus ditaati ketika berkunjung ke wilayah pemukiman Suku Baduy. Aturan-atauran tersebut berbeda untuk Baduy Dalam, Baduy Luar, dan perbatasan keduanya.