Perempuan Baduy, selain membantu suaminya di ladang, kegiatan yang mereka lakukan pada waktu luang adalah bertenun menggunakan alat sederhana yang mereka buat sendiri.
Selain kegiatan tersebut, bagi masyarakat Baduy Luar, mata pencaharian lainnya adalah menyadap nira untuk membuat gula, bertani tanaman semusim seperti kopi dan cengkeh, menanam kayu sengon, berdagang, dan ada pula yang menjadi buruh.
Terlepas dari ragam pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat Baduy. Mereka melakukan pekerjaan sehari-hari, sekedar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga dengan begitu mereka cenderung tidak mengedepankan produksi secara berlebihan.
3. Hidup Mandiri dan Penuh Gotong Royong
Di banyak tempat di Indonesia, sifat gotong royong sudah sulit untuk ditemui. Namun, sifat ini masih dipertahankan oleh suku Baduy Dalam. Terutama saat harus pindah ke daerah yang lebih subur karena mereka merupakan suku nomaden (berpindah-pindah) dan penganut sistem ladang terbuka.
Dari sini kita perlu belajar kemandirian pangan dari Suku Baduy. Bukan teknologi pertanian canggih dan cepat masa kini yang memberikan sejahtera bagi masyarakat Suku Baduy. Melainkan, kesetiaan pada alam dan ajaran nenek moyang lah yang membuat mereka berlimpah pangan.
4. Hidup Sederhana ala Masyarakat Suku Baduy
Wilayah pemukiman Suku Baduy Dalam praktis gelap gulita saat malam hari. Sehingga tidak banyak aktivitas yang dapat dilakukan.
Malam hari, mereka dimanfaatkan untuk sekedar berkumpul dan mengobrol bersama keluarga atau tetangga sambil bermain alat musik kecapi.
Dalam keseharian, mereka pun dilarang memakai gelas dan piring sebagai alas makan dan minum. Dengan kekayaan alamnya, mereka menggunakan bambu panjang sebagai pengganti gelas, yang menghasilkan aroma khas ketika dituangi air panas.
Cita-cita mereka juga sederhana. Para orang tua tak memiliki cita-cita muluk untuk kehidupan masa depan anak-anaknya. Mereka hanya ingin agar kelak anak-anak mereka membantu berladang.