Mohon tunggu...
ADE SETIAWAN
ADE SETIAWAN Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Kepala Puskeswan Pandeglang

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan Harian Sang Anak: Menulis itu Tidak Sulit

14 Oktober 2023   18:28 Diperbarui: 14 Oktober 2023   18:30 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan Harian Seorang Pelajar

Tak seperti yang dibayangkan kebanyakan orang, ternyata menulis itu tidak sulit.

Tidak percaya, silahkan perhatikan tulisan anak saya ini.

Katanya dia mau belajar menulis. Maka saya katakan menulislah apa yang kamu lihat, kamu dengar dan kamu rasakan.

Hasilnya menurut saya menakjudkan.

Baru pertama menulis dia sudah bisa menulis lebih dari dua halaman A-4.

Berikut petikan aslinya, yang dia beri judul "Catatan Harian Seorang Pelajar" 

Nama saya Hasan Albana. Saya tinggal bersama orang tua di sebuah kampung yang bernama Kp. Kolelet Turus RT 07 RW 02 Desa Pasir Tangkil Kecamatan Warung Gunung Kabupaten Lebak Provinsi Banten.

Disini saya akan menuliskan kegiatan saya pada hari ini.

Dimulai dari berangkat sekolah hingga kembali pulang kerumah.

Semotor Bertupat

Sebelum berangkat ke sekolah saya biasa berpamitan kepada ke dua orang tua. Lalu saya mengeluarkan motor dari garasi di belakang rumah.

Sambil menunggu adik-adik yang akan berangkat bareng, saya menghangatkan motor.

Sebentar setelah itu saya berangkat bersama adik saya.

Biasanya saya berangkat ke sekolah bersama tiga adik dalam satu motor yang seorang SMP dan dua adik lagi masih SD, dan saya menyebutnya "tupat" (tumpuk empat)

Karena, ya! kami duduk berempat dalam satu motor, tetapi hari ini adik saya yang dua berangkat bersama Bunda.

Karena Bunda mau berbelanja ke-langganan-nya yang biasa dipanggil "Acih".

Yang Saya Lihat

Akhirnya saya berangkat duluan bersama adik saya yang SMP. Baru berjalan beberapa meter dari rumah, saya melihat orang-orang yang akan berangkat sekolah dengan berjalan kaki dan mereka ada yang masih SD dan ada juga yang SMP maupun SMA/MAN/SMK.

Nah, untuk yang SMP sampai SLTA sederajat mereka berjalan sampai kejalan raya untuk menemukan angkutan umum kurang lebih sekitar 1 km.

Semangat mereka bersekolah tidak diragukan lagi, dan Alhamdulilahnya saya diberi kesempatan untuk membawa motor ke sekolah.

Sehingga saya tidak berjalan kaki, walaupun terkadang bila motor lagi penting-pentingnya mau dipakai orang tua. Ya, saya terpaksa berjalan hingga saya menemukan angkutan umum.

Yang Saya Rasakan

Diperjalanan saya melihat orang gila dan dia berjalan dengan cara merangkak atau apalah yang pasti tangan dan kaki digunakan untuk berjalan.

Dengan kata lain dia berjalan tidak berdiri tegak.

Lalu sesampainya di terminal Kadu Banen. Saya kembali melihat orang tetapi yang ini bukanlah orang gila, melainkan pemulung bekas botol/gelas aqua.

Hati saya pun tersentuh, melihat kedua orang tersebut. Dan saya bersyukur kepada Allah SWT sampai hari ini saya masih diberi kesempatan untuk sehat, yaitu sehat jasmani maupun rohani.

Sampailah saya di sekolah adik saya, yaitu SMPN 3 PANDEGLANG yang bertempat di Kabayan, Kecamatan Pandeglang.

Adik saya pun turun dari motor dan berpamitan kepada saya.

Saya pun meneruskan perjalanan untuk menuju ke sekolah saya ke SMAN 1 Pandeglang.

Melalui jalan di pasar saya bertemu dengan teman yang bernama Gusrian.

Ternyata dia juga baru saja mengantarkan adiknya ke sekolah.

Yang Saya Alami

Kami pun berangkat bersama walau pun tidak satu motor karena Gusrian juga membawa motor.

Dan seperti biasanya jalan dipadati oleh kendaraan motor maupun mobil.

Lalu, karena angkutan umum yang biasa melakukan pengereman dadakan, saya hampir saja menabrak mobil yang ada di depan dan hampir di tabrak oleh motor yang tepat di belakang.

Akhirnya saya sampai di sekolah dan seperti biasa motor di parkirkan di rumah Uwa saya yang biasa disebut "Ende".

Lalu saya berjalan kaki bersama teman saya menuju ke kelas. Baru saja sampai di depan kelas, terdengarlah suara bell yang menandakan masuk jam pelajaran pertama.

Tidak lama kemudian guru yang bersangkutan pun masuk ke dalam kelas dan belum apa-apa dia sudah mengagetkan kami dikelas.

Karena baru saja melangkahkan kakinya ke dalam kelas dia bilang "Yang belum bayar perpisahan, maka bayar sekarang juga," dengan nada yang agak memaksa.

Yang membawa uang sih ya biasa-biasa aja karena mereka langsung membayar perpisahan kepada bapak guru tersebut.

Tetapi bagi yang tidak membawa uang ya pasti kaget lah karena tiba-tiba ditagih gitu aja ya! Termasuk saya sendiri yang tidak membawa uang perpisahan karena belum dikasih sama orang tua.

Karena di kelas ada beberapa yang belum bayar termasuk saya sendiri, pak guru mengatakan "Yang belum bayar coba angkat tangannya," Saya pun mengangkat tangan bersama beberapa teman saya.

Pak guru menanyakan alasan kepada kami satu persatu. "Mengapa belum bayar?," Saat pak guru bertanya kepada saya," Ya" saya menjawab.

"Ketinggalan pak! uangnya dirumah ga kebawa," padahal dalam hati menggerutu. Gimana mau bayar, uang nya juga belum dikasih sama ayah!

Dan Alhamdulilahnya pak guru percaya.

Lalu mengatakan "Ya udah, nanti pas masuk langsung bayar ya san," Dan saya hanya menganggukan kepala saya.

Seminar Ganesha Operation

Pelajaran pertama dimulai dan berlangsung selama dua jam.

Pelajaran pertama berakhir, lalu diganti dengan pelajaran kedua.

Ternyata khusus kelas XI ada acara seminar di sekolah dari "Ganesha Operation" atau lebih dikenal dengan istilah "GO".

Dan kami tidak belajar saat pelajaran kedua lantaran harus mengikuti seminar tersebut, yang berlangsung dari pukul 9.30 sampai pukul 11.00

Guru Killer

Berakhirnya seminar tersebut ternyata tidak mengakhiri pembelajaran berikutnya.

Karena kami masuk kembali dan mengikuti pelajaran ketiga dan keempat.

Padahal kami mengharapkan pelajaran keempat tidak masuk yaitu Bahasa Inggris. Karena pertemuan kali ini kami ada presentasi legenda luar negeri dengan cara dihafal.

Dan rata-rata dari kami belum hafal legendanya. Sehingga saat pelajaran keempat masuk kami semua merasa tegang.

Karena kami belum siap untuk presentasi, bukan hanya itu yang membuat kami tegang.

Salah satunya karena guru tersebut cukup killer.  Itulah yang membuat kami tegang.

Dan Alhamdulillahnya presentasi hanya sampai ke urutan 17 dengan penampilan yang tidak cukup sempurna.

Karena ada beberapa orang yang harus mengulangi presentasinya (remedial), dan saya bersyukur karena saya tampil ke 30, yang artinya saya tampil pada pertemuan berikutnya.

Tanda bell pulang pun berbunyi dan kami segera beres-beres untuk pulang.

Menjenguk Teman di Rumah Sakit

Karena teman kita ada yang sakit dan dirawat di RS Cikoneng. Karena dia terserang penyakit DBD, kami pun memutuskan untuk menjenguknya ke RS.

Untuk memberi semangat kepada dia agar cepat sembuh.

Sebelum berangkat ke RS kami membeli makanan ringan dan buah-buahan secukupnya dan langsung menuju RS.

Tidak butuh waktu lama untuk menuju RS dan kami pun tidak berlama-lama di dalam RS. Karena kami melihat jam yang menunjukan pukul 15:00.

Kami memutuskan untuk segera pulang dari RS.

Ternyata di Pandeglang hujan, yang secara otomatis menghentikan perjalanan kami untuk pulang.

Dan saya berhenti tepat di Masjid Agung Pandeglang untuk menunggu hujan reda dan sekalian menunggu adzan ashar.

Tidak menunggu lama adzan pun terdengar dikumandagkan dan saya segera berwudlu untuk melaksanakan shalat berjamaah.

Selesai shalat karena hujan belum saja reda, saya memutuskan untuk menulis cerita ini yang disuruh oleh ayah saya sambil menunggu reda nya hujan.

Dan ternyata dari awal saya menulis sampai sekarang hujan masih saja tidak reda, yang akhirnya saya memutuskan untuk pulang ke rumah karena hari sudah gelap dan otomatis mengakhiri cerita ini.

Catatan Harian Seorang Pelajar : Hasan Albana

Salam Literasi !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun