Yaitu aliran yang menyatakan bahwa ilmu alam adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan memandang bahwa suatu pernyataan dikatakan ilmu pengetahuan apabila sebenarnya
- Paradigma Post-Positivisme.
Yaitu aliran yang memperbaiki kelemahan positivisme yang hanya mengandalkan pengamatan langsung terhadap objek dan memandang bahwa suatu hal yang mustahil bila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh manusia (peneliti). aliran yang digunakan untuk mengkritik, mengubah masyarakat keseluruhan, tidak hanya memahami dan
Paradigma Critical Theory (Paradigma Teori Kritis).
Yaitu menjelaskannya, dan berpengaruh terhadap perubahan sosial dalam mengubah sistem dan struktur tersebut menjadi lebih adil.
Paradigma Konstruktivisme.
Yaitu aliran yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan kita sendiri. Pengetahuan
Paradigma Konstruktivisme.
Yaitu aliran yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan kita sendiri. Pengetahuan merupakan hasil dari konstruksi kognitif dengan membuat struktur, kategori, konsep, skema, yang diperlukan untuk membentuk pengetahuan. Pada komunikasi antarbudaya, paradigma lahir karena adanya
kelemahan dalam penelitian komunikasi antar budaya yang dilakukan. Tulsi B. Saral pada tahun 1979 (dalam Komunikasi Antarbudaya, 1996: 245-246) menyebutkan lima kelemahan penelitian komunikasi antarbudaya saat itu:
- Dalam budaya barat, tekanan terlalu banyak pada penggunaan indera visual dan auditif; padahal bangsa bangsa berbeda dalam mengindera stimuli. Orang Afrika
-       Barat misalnya, kurang begitu mengandalkan indera visual; dan lebih percaya pada        indera auditif.
- Hampir semua studi komunikasi antarbudaya terbatas pada apa yang dipersepsi atau diekspresikan. Ini terjadi karena car berpikir Barat yang materilistik (ingat klasifikasi Weltanschauung dari Asante) menafsirkan pengalman pengalaman mistis.
- Penelitian juga bertumpu pada pada yang dianggap sebagai objective truth. Â Pandangan dunia tentang realitas tunggal menguasai asumsi-asumsi penelitian.
- Para teorisi Barat cenderung memisahkan jiwa dari tubuh, individu dan lingkungan, kesadaran individu dari kesadaran kosmis.
- Kebanyakan studi komunikasi didasarkan pada model linear yang mekanistis. Model ini sangat cocok untuk melukiskan komunikasi antar budaya yang holistik.
Lima kelemahan di atas ditujukan kepada penelitian-penelitian terdahulu yang didominasi oleh paradigma positivistik (positivisme). Oleh karena itu, muncullah paradigma baru yang membantu memperbaiki kelemahan paradigma positivistik, paradigma
- Tersebut adalah paradigma naturalistik. Paradigma positivistik membentuk kita untuk memahami ilmu pengetahuan hanya pada sesuatu yang dapat diukur berdasarkan bilangan yang nyata. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, paradigma positivistik adalah paradigma yang mengacu pada logika-empiris atau bisa dijelaskan bahwa suatu kajian dipandang sebagai ilmu pengetahuan apabila dapat dibuktikan melalui observasi, nilai kuantifikasi, dan merumuskan generalisasi dan hasil pengamatan secara nyata. Karena konsep ini merujuk kepada konsep sosial maka, peneliti mengambangkan skala-skala pengukuran dengan variabelnya adalah sikap. Untuk komunikasi antar budaya misalnya, kita dapat mengguanakn skala world-minded attitudes dari Sampson dan Smith atau internationalism dari Free dan Cantrill. Dengan mengubah konsep menjadi variabel dijelaskan dalam apa yang lazim disebut operasionalisasi.
Padahal dalam kenyataannya konsep merupakan hal yang tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan bilangan. Konsep merupakan suatu pandangan yang hanya bisa dijelaskan dengan kalimat dan ada di pikiran kita. Dengan penjelasan yang sudah ada kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam positivistik sebuah pandangan dinyatakan ilmu pengetahuan (konsep) yang realistis apabila dapat dibuktikan secara kuantitatif dan logika-empiris Padahal konsep merupakan hal yang tak memiliki batas dan tidak bisa dibatasi karena setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menanggapi suatu hal.