1) IkhwanulMuslimin yang didirikan oleh Hasan al-Banna di Mesir hadir di Indonesia pada awalnya melalui lembaga-lembaga dakwah kampus yang kemudian menjadi GerakanTarbiyah. Kelompok ini kemudian melahirkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS);
(Haedar Nashir menulis:
Keterkaitan PKS dengan lkhwanul Muslimin sendiri juga diakui oleh AnisMatta, seorang tokoh dan sekjen Partai Keadilan Sejahtera. Berikut pernyamanAnis Marta:
“Inspirasi-impimsiAl'lkhwan Al-Muslimun dalam diri Partai Keadilan Scjahtera, kalau bolehdigarisbawahi di sini, sesungguhnya memberikan kekuatan pada dua dimensisekaligus. Pertama, inspirasi ideologis yang —salah satunya— didasarkan padaPrinsip Syumuliyat Al Islam, sesuatu yang bukan hanya menjadi prinsipPerjuangan Hasan Al-Banna saja, tapi juga pejuang-pejuang yang lain.
Kedua, inspirasihistoris, semacam mencari model dan maket dari sebentuk perjuangan Islam di erasetelah keruntuhan Al-Khilafah Al'Islamiyyah dan dominasi imperialisme Baratatas negeri-negeri Muslim.
Tetapi yangmempertemukan dua inspirasi itu pada diri Hasan Al'Banna. dan Al IkhwanulMuslimun, adalah pada aspek denyut pergerakannya. Sebab, pada saat tokoh-tokohyang lain menjadi pembaharu dalam lingkup pemikiran, Hasan Al Banna berhasilmengubah pembaharuan itu dari wacana menjadi gerakan. Dan tidak berlebihan,bila inspirasi gerak itu juga yang secara terasa dapat diselami dalam denyutPartai Keadilan Sejahtera.”
Anis Matta, “Kata Pengantar“ dalam Any Muhammad Furkon, Partai KeadilanSejahtera: Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia Kontemporer(Bandung: Teraju. 2004)‘ sebagaimana dikutip Haedar Nashir. ibid., h. 33-34.)(h.96)
2) HizbutTahrir Indonesia (HTI) dengan gagasan Pan-Islamismenya yang ingin menegakkan Khilafah Islamiyah di seluruh dunia, dan menempatkan Nusantara sebagai salahsatu bagian di dalamnya; dan
3) Wahabi yang berusaha melakukan wahabisasi global. Di antara ketiga gerakan transnasional tersebut, Wahabi adalah yang paling kuat, terutama dalam hal pendanaan karena punya banyak sumur minyak yang melimpah. Namun demikian,ketiga gerakan transnasional ini bahu'membahu dalam mencapai tujuan mereka,yakni formalisasi Islam dalam bentuk negara dan aplikasi syari'ah sebagai hukumpositif atau Khilafah Islamiyah.
Kehadiran Wahabi di Indonesia modern tidak bisa dilepaskan dari peran Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Dengan dukungan dana besar dariJama‘ah Salafi (Wahabi), DDII mengirimkan mahasiswa untuk belajar ke TimurTengah, sebagian dari mereka inilah yang kemudian menjadi agen-agen penyebaranideologi Wahabi'lkhwanul Muslimin di Indonesia. Belakangan, dengan dukunganpenuh dana Wahabi-Saudi pula, DDll mendirikan LIPIA dan kebanyakan alumninya kemudianmenjadi agen Gerakan Tarbiyah dan Jama‘ah Salafi di Indonesia. Dibandingkandengan HTI, Wahabi memang jauh lebih dekat dengan Ikhwanul Muslimin. Kedekatanini berawal pada dekade 1950an dan 1960— an ketika Gamal Abdel Nasser membubarkan Ikhwanul Muslimin yang ekstrem dan melarang semua kegiatannya diMesir. Banyak dari tokoh tokoh Ikhwanul Muslimin saat itu melarikan diri meninggalkan negaranya.
(77-78)