Mohon tunggu...
Adelia Kusuma Wardhani
Adelia Kusuma Wardhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa pendidikan kimia

Mengisi hari-hari dengan tugas kuliah dan hal-hal baru di berbagai bidang untuk terus meningkatkan daya pikir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Al-Quran dan Sejarah Panjang Pembuatannya

8 Mei 2022   22:10 Diperbarui: 11 Mei 2022   18:29 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pertama, Penulisan Al-Qur'an di masa Rasulullah saw.

Pada zaman Rasulullah SAW, ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, ada beberapa orang yang ditugaskan untuk menulis Al Qur'an: Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang lain juga sering menuliskan wahyu, meskipun tidak diperintahkan. Media tulis yang digunakan pada saat itu adalah pelepah kurma, daun lontar, lempengan batu, daun lontar, kulit kayu atau daun, pelana, dan potongan tulang binatang.  

Saat itu, pengumpulan Al-Qur'an digelar dengan dua cara. Pertama, setiap kali Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, para sahabat langsung menghafalnya. Kedua: Al Jam'u fis Suthur, yaitu wahyu turun kepada Rasulullah SAW ketika beliau berumur 40 tahun yaitu 12 tahun sebelum hijrah ke madinah. Kemudian wahyu terus menerus turun selama kurun waktu 23 tahun.

Penulisan pada masa Rasulullah belum terkumpul menjadi satu mushaf disebabkan beberapa faktor, yaitu; Pertama, tidak adanya faktor pendorong untuk membukukan Al-Qur'an menjadi satu mushaf mengingat Rasulullah masih hidup, di samping banyaknya sahabat yang menghafal Al-Qur'an dan sama sekali tidak ada unsur-unsur yang diduga akan mengganggu kelestarian Al-Qur'an. Kedua, Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur, maka suatu hal yang logis bila Al-Qur'an bisa dibukukan dalam satu mushaf setelah Nabi saw wafat. Ketiga, selama proses turunnya Al-Qur'an masih terdapat kemungkinan adanya ayat-ayat Al-Qur'an mansukh. (Said Agil Husin Al Munawar, 2002: 18) 

Kedua: Penulisan Al-Qur'an di masa Abu Bakar As Shiddiq.

Pada masa kekhalifahan Ab Bakar, terjadilah kekacauan di kalangan umat Islam yang ditimbulkan oleh orang-orang murtad di bawah pimpinan Musailamah Al-Kab. Hal ini mengakibatkan terjadinya perang Yammah yang terjadi pada tahun 12 H. Dalam peperangan tersebut, banyak sahabat penghafal al-Qur'an yang meninggal hingga mencapai 70 orang, bahkan dalam satu riwayat disebutkan 500 orang.

Pada masa Abu Bakar al-Kaliph, muncul kecemasan di kalangan umat Islam yang disebabkan oleh para rasul yang dipimpin oleh Musaylima Al-Shabu. Hal ini menyebabkan Pertempuran Yamamah pada 12H. Dalam perang, banyak sahabat penghafal Al-Qur'an meninggal hingga usia 70 tahun, dan 500 disebutkan dalam satu sejarah. Jumlah umat Muslim yang gugur saat berperang berjumlah sekitar 1.200 orang. Tragedi Yamamah menggerakkan Umar bin Khab dan meminta Khalifah Abu Bakar untuk segera mengumpulkan Al-Qur'an dan menuliskannya dalam mushaf. Umar khawatir Al-Qur'an lambat laun akan hilang seiring dengan meninggalnya penghafalnya.

Awalnya ia meragukan ide Umar. Secara jelas keraguan tersebut nampak ketika Abu Bakar berinteraksi dengan Umar ibn al-Khattab. Abu Bakar berkata "Bagaimana aku harus memperbuat sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah saw?" seraya balik bertanya. "Demi Allah" Umar berkata, ini adalah perbuatan yang sangat baik dan terpuji (Usman, 2009: 69). Namun, Abu Bakar akhirnya menerimanya, dan kemudian memerintahkan Zad bin bit untuk segera mengumpulkan Al-Qur'an dan menulisnya dalam satu mushaf.

Perhatikan juga bahwa metode yang digunakan oleh Zaid bin Tsabit dalam mengumpulkan Al-Qur'an terdiri dari empat prinsip: Pertama, apa yang ditulis di hadapan Rasul. Kedua, apa yang dihafalkan oleh para sahabat. Ketiga, tidak menerima sesuatu dari yang ditulis sebelum disaksikan (disetujui) oleh dua orang saksi, bahwa ia pernah ditulis di hadapan Rasul. Keempat, hendaknya tidak menerima dari hafalan para sahabat kecuali apa yang telah mereka terima dari Rasulullah saw (Fahd Bin Abdurrahman ArRumi, 1999:117). Setelah kematian Abu Bakar, Mushaf ditempatkan secara ketat di bawah tanggung jawab Umaribn Khab sebagai khalifah kedua. Pada zaman Umar bin Khab, ia diperintahkan untuk menyalin mushaf ke dalam lembaran (ahifah).

Ketiga: Penulisan Al-Qur'an di masa Usman bin 'Affan

Pada masa pemerintahan Khalifah Ketiga Utsman Bin Afan, terjadi variasi pembacaan Al-Qur'an (Qira'at) yang disebabkan oleh perbedaan dialek (lahjah) antar suku dari daerah yang berbeda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman, sehingga ia mengambil kebijakan membuat sebuah mushaf standar (salinan naskah Hafsah) ditulis dengan baku. Standar ini, yang kemudian dikenal sebagai cara penulisan (rasam) Utsmani digunakan sampai sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun