Sementara kami semua yang pernah melakukan kontak fisik dengan Mel diperintahkan untuk pulang, dan wajib melakukan isolasi mandiri di dalam rumah selama empat belas hari ke depan. Kami diantar petugas keamanan. Mereka bertugas untuk memastikan kami tetap berada di rumah selama isolasi mandiri. Aku merasa seperti seorang tahanan.
24 Maret 2020...
Di hari yang seharusnya menjadi hari pernikahanku dengan Mel ini, kondisi tubuhku semakin memburuk. Aku mengalami beberapa gejala yang Mel alami dan ceritakan pada panggilan video terakhir kami siang itu.Â
Tenggorokanku seperti tercekat, dan kalau bernapas terasa sesak. Sejak subuh tadi batuk yang kuderita sangat menyiksa. Lidahku pun mati rasa, persis apa yang dialami Mel.
Tepat pukul 11.15 ambulans datang menjemputku. Ambulans itu kemudian memboyong tubuh lemahku ke Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet. Sampai datang dua orang dokter dengan mengenakan pakaian serba rapat memeriksaku, aku belum tahu secara pasti, apakah aku terjangkit coronavirus atau penyakit lain. Entahlah.Â
Semua menjadi begitu muram dan gelap. Merasakan sakit yang amat menyiksa ini, rasanya aku ingin berkata kepada orang-orang di luar sana agar jangan meremehkan coronavirus!
Dadaku semakin sesak. Aku teringat Mel, pengantinku hari ini.
Di ruang lain, di rumah sakit lain...
Setelah perjuangan yang melelahkan melawan coronavirus, Mel mengembuskan napas terakhirnya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H