Mohon tunggu...
Adam Sufi Ibrahim
Adam Sufi Ibrahim Mohon Tunggu... Editor - Siswa

Instagram : @adamsufii

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Agama di Abad Modern

26 Agustus 2017   19:38 Diperbarui: 26 Agustus 2017   20:08 1728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ilmu itu sendiri pincang untuk mempunyai peranan positif dalam membawa manusia untuk memecahkan tekateki keberadaan alam ini atau keberadaan manusia dan tujuan akhir jalan hidupnya. ILMU YANG TERPISAH DARI AGAMA SAMA HALNYA DENGAN TUBUH TANPA NYAWA! Istilah "ilmu untuk ilmu" yang sering mereka djdengungkan sebenamya mewakili manusia yang bergerak dengan segala vitaljtasnya dalam kehidupan ini tapi ia tidak punya tujuan; awn merepresentasikan manusia yang bergerak dengan segala vitah'tasnya dalam kehidupan ini dengan gerakan serampangan yang tidak ke arah mana ia akan bergerak.

Sedangkan slogan "hidup untuk hidup" akibatnya kehidupan akan berubah menjadi mimpi buruk yang menakutkan atau beban yang sangat berat yang ia di atas pundaknya terbungkuk membawanya! Manusia itu akan sama saja dengan hewan, tumbuhan, dan benda mati! Sedanga kan mereka (hewan, tumbuhan, dan benda mati) hanya bagian pelengkap dari sebuah gambar atau latar belakang yang harus ada pada sebuah panorama manusia! Bila mereka menyadari hakikat ini, maka gambar pelengkap hersebut

akan menjadi bukti terbaik dalam menunjukkan kebodohan manusia dan keterbatasan pemikiran mereka. Tapi mereka justru menjadikannya sebagai alat untuk kufur. Ya memang kesombongan hanyalah tanda dari orang-orang bodoh. Sedangkan pemikiran yang berkembang adalah "agama adalah sumber Tuhan", maka terjadilah banyak agama (pluralisme agama), sehingga setiap agama berhak memberikan batasan tentang Tuhan sesuai dengan digariskan para pemuka agama. Pada keadaan seperti im', suh't untuk melakukan perbandingan ilmiah antara pemikiran pagan

dan agama pagan! Karena mereka melihat dari sudut pandang bahwa agama adalah sumber Tuhan.

Adalah merupakan suatu keharusan untuk kembali memformat agama dengan cara yang dapat menjamin tidak masuknya agama-agama buatan manusia (pagan). Hal itu dilakukan berdasarkan penerapan syarat-syarat untuk menilaj kebenaran agama tersebut dimana sumbernya adalah Tuhan, bukan manusia, tapi dengan kacamata logika dan

fitrah manusia. Dengan demikian akan dapat dicari mana agama yang benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun