Mohon tunggu...
Acintya Pramudita Yashinta
Acintya Pramudita Yashinta Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang guru di SMP Katolik Santa Maria Tulungagung.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

1.4.J. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4

20 Agustus 2024   10:13 Diperbarui: 20 Agustus 2024   10:17 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

PEMAHAMAN TENTANG KONSEP PADA MODUL 1.4

Sebagai seorang Guru SMPK Santa Maria Tulungagung, peran saya sangat penting dalam menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Saya menerapkan konsep-konsep seperti disiplin positif, motivasi perilaku manusia, posisi kontrol restitusi, keyakinan sekolah/kelas, dan segitiga restitusi untuk membangun fondasi yang kokoh bagi budaya sekolah yang positif.

Berikut akan saya uraikan pemahaman saya tentang konsep-konsep inti yang telah saya pelajari di modul 1.4 tentang: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi.

  • Disiplin Positif: Saya menggunakan pendekatan ini untuk membangun keterampilan sosial, emosional, dan kognitif siswa, bukan hanya fokus pada penegakan aturan. Ini membantu siswa memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan mengembangkan tanggung jawab diri.
  • Motivasi Perilaku Manusia (Hukuman dan Penghargaan): Saya memanfaatkan penghargaan untuk memperkuat perilaku positif dan memberikan hukuman yang mendidik untuk mengoreksi perilaku yang tidak diinginkan, sesuai dengan prinsip Ki Hadjar Dewantara tentang memperbaiki kekurangan.
  • Posisi Kontrol Restitusi: Dalam menghadapi pelanggaran aturan, saya menggunakan pendekatan restitusi untuk memastikan bahwa siswa yang melanggar aturan memahami dampak dari tindakan mereka, memperbaiki kerugian yang diakibatkannya, dan mengembalikan hubungan yang rusak akibat pelanggaran.
  • Keyakinan Sekolah/Kelas: Saya terlibat aktif dalam diskusi membuat keyakinan kelas/sekolah,   sehingga bersama menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, dan mendukung, di mana setiap siswa merasa dihargai dan didukung dalam perkembangan mereka.
  • Segitiga Restitusi: Konsep ini saya terapkan untuk mengatasi konflik dan melibatkan siswa dalam proses memperbaiki kesalahan mereka, sejalan dengan nilai-nilai filosofi pendidikan nasional dan visi Guru Penggerak untuk membangun pembelajaran yang berpusat pada siswa dan berorientasi pada nilai.

Dengan menerapkan pendekatan ini secara konsisten, saya berkontribusi dalam menciptakan budaya positif di SMPK Santa Maria Tulungagung yang memungkinkan setiap siswa untuk tumbuh dan berkembang secara holistik, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan visi Guru Penggerak dalam membawa perubahan positif dalam pendidikan.

REFLEKSI MATERI MODUL 1.4

Refleksi saya tentang keseluruhan materi Modul Budaya Positif mencakup pemahaman mendalam mengenai berbagai konsep inti yang telah dipelajari:

  • Disiplin Positif: Pemahaman saya tentang disiplin positif telah berkembang pesat. Saya kini menyadari betapa pentingnya fokus pada pengembangan keterampilan sosial dan emosional siswa serta pencegahan pelanggaran daripada hanya mengandalkan hukuman. Disiplin positif lebih mengutamakan hubungan yang sehat antara guru dan siswa dan bertujuan untuk membimbing siswa agar memahami dampak dari perilaku mereka dan mengambil tanggung jawab.
  • Teori Kontrol: Teori kontrol, yang berfokus pada bagaimana siswa merasakan kontrol atas perilaku mereka dan konsekuensinya, memberikan wawasan berharga tentang bagaimana lingkungan belajar dapat mempengaruhi motivasi siswa. Saya memahami bahwa memberikan siswa kontrol yang cukup atas keputusan mereka dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan keterlibatan mereka dalam proses belajar.
  • Teori Motivasi: Teori motivasi menjelaskan bagaimana faktor-faktor seperti penghargaan dan hukuman mempengaruhi perilaku siswa. Saya telah belajar bahwa penghargaan yang efektif lebih pada pengakuan dan dorongan yang positif, sementara hukuman harus dirancang untuk mendidik dan memperbaiki, bukan hanya untuk menghukum.
  • Hukuman dan Penghargaan: Saya menemukan bahwa penggunaan penghargaan dan hukuman harus seimbang dan bertujuan untuk memotivasi siswa secara positif. Penghargaan yang sesuai dapat memperkuat perilaku baik, sedangkan hukuman yang mendidik membantu siswa memahami kesalahan mereka dan belajar dari pengalaman tersebut.
  • Posisi Kontrol Guru: Pemahaman saya tentang posisi kontrol guru mencakup pentingnya keseimbangan antara memberikan arahan dan memberikan ruang bagi siswa untuk mengambil inisiatif. Sebagai guru, saya harus mampu mengelola kontrol kelas secara efektif tanpa mengurangi otonomi siswa.
  • Kebutuhan Dasar Manusia: Memahami kebutuhan dasar manusia, seperti kebutuhan akan rasa aman, keterhubungan, dan penghargaan, membantu saya dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan inklusif. Saya menyadari betapa pentingnya memenuhi kebutuhan ini untuk memotivasi siswa dan mendukung perkembangan mereka secara menyeluruh.
  • Keyakinan Kelas: Keyakinan kelas adalah bagian penting dalam membangun budaya positif. Menyadari bahwa keyakinan kelas yang positif dapat mempengaruhi motivasi dan perilaku siswa membantu saya untuk menciptakan atmosfer yang mendukung dan membangun hubungan yang saling menghargai.
  • Segitiga Restitusi: Konsep segitiga restitusi, yang mencakup Stabilize the Identity, Validate the Misbehavior, dan Seek the Belief, sangat menarik bagi saya. Saya menemukan bahwa pendekatan ini tidak hanya membantu dalam menangani pelanggaran tetapi juga memperbaiki hubungan dan membangun kepercayaan antara siswa dan guru.

HAL YANG DI LUAR DUGAAN

Setelah mempelajari dan menerapkan modul ini, terdapat hal yang di luar dugaan yaitu pentingnya Keyakinan Kelas: Saya tidak sepenuhnya menyadari betapa mendalamnya dampak keyakinan kelas terhadap perilaku siswa. Menyadari bahwa keyakinan kelas dapat mempengaruhi motivasi dan keterlibatan siswa membuka perspektif baru dalam menciptakan lingkungan belajar yang positif.

PERUBAHAN CARA BERPIKIR

Setelah mempelajari modul tentang budaya positif, saya mulai lebih memahami pentingnya peran saya dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dan memotivasi belajar. Saya menjadi lebih sadar akan pengaruh sikap dan tindakan saya terhadap siswa dan kolega. Saya juga lebih terbuka terhadap ide-ide baru untuk meningkatkan kolaborasi dan semangat tim di sekolah, serta lebih fokus pada membangun hubungan yang positif dan saling mendukung di antara semua anggota komunitas sekolah.

PENGALAMAN

Di kelas, saya menerapkan disiplin positif dengan menetapkan aturan dan ekspektasi yang jelas sejak awal, serta melibatkan siswa dalam proses pembuatan aturan tersebut. Hal ini membantu siswa memahami tanggung jawab mereka dan efek dari tindakan mereka secara langsung. Saya juga menggunakan pendekatan motivasi perilaku manusia dengan menyeimbangkan pemberian penghargaan untuk perilaku baik dan menerapkan konsekuensi yang konsisten untuk perilaku yang tidak sesuai. 

Di tingkat sekolah, saya menerapkan posisi kontrol restitusi dengan melibatkan siswa dalam proses penyelesaian masalah ketika terjadi pelanggaran aturan. Siswa diajak untuk merefleksikan tindakan mereka dan berkontribusi dalam mencari solusi yang adil. Saya juga berusaha memperkuat keyakinan sekolah dengan memastikan bahwa semua anggota komunitas sekolah, termasuk guru dan siswa, berbagi visi dan nilai-nilai yang sama. 

Dengan menerapkan segitiga restitusi, saya berfokus pada Stabilize the Identity dengan membantu siswa memahami nilai diri mereka, Validate the Misbehavior dengan mengakui kesalahan tanpa menghakimi, dan Seek the Belief dengan membantu siswa memulihkan keyakinan mereka terhadap kemampuan dan sikap mereka.

Pengalaman-pengalaman ini menunjukkan bahwa dengan menerapkan konsep-konsep inti dari modul Budaya Positif, kita dapat menciptakan lingkungan kelas dan sekolah yang lebih mendukung, adil, dan berfokus pada pengembangan karakter siswa. Saat menerapkan konsep-konsep inti dari modul Budaya Positif, saya merasa merasa puas dan terinspirasi. 

Melihat siswa terlibat aktif dalam menentukan aturan dan solusi untuk masalah mereka sendiri memberikan rasa pencapaian, karena ini menunjukkan bahwa mereka sedang belajar untuk bertanggung jawab dan memahami dampak tindakan mereka. Ketika siswa merespons secara positif terhadap pendekatan disiplin yang adil dan konsisten, dan ketika mereka mulai menunjukkan perubahan perilaku yang lebih baik, saya merasa bangga dan termotivasi. 

Rasa keterlibatan dan dukungan yang tumbuh di antara siswa dan guru juga memberi rasa kepuasan, karena ini menciptakan lingkungan belajar yang lebih harmonis dan inklusif. Di tingkat sekolah, melihat hasil dari penerapan prinsip-prinsip budaya positif, seperti peningkatan kerjasama dan saling menghargai, memperkuat keyakinan saya bahwa pendekatan ini efektif. Perasaan positif ini memberikan dorongan untuk terus menerapkan dan mengembangkan strategi-strategi ini dalam upaya menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik.

DALAM PENGALAMAN PENERAPAN KONSEP-KONSEP INTI DARI MODUL BUDAYA POSITIF, ADA BEBERAPA HAL YANG SUDAH BAIK DAN BEBERAPA YANG PERLU DIPERBAIKI:

Hal yang Sudah Baik:

  1. Keterlibatan Siswa: Melibatkan siswa dalam pembuatan aturan dan solusi masalah membantu mereka merasa lebih bertanggung jawab dan memahami dampak dari tindakan mereka.
  2. Kejelasan Ekspektasi: Penetapan aturan dan ekspektasi yang jelas sejak awal membantu menciptakan lingkungan yang terstruktur dan memudahkan siswa dalam mengikuti pedoman yang ada.
  3. Penguatan Positif dan Konsistensi: Penggunaan pendekatan yang seimbang antara penghargaan untuk perilaku baik dan konsekuensi untuk perilaku yang tidak sesuai menunjukkan hasil yang positif dalam hal motivasi dan disiplin.

Hal yang Perlu Diperbaiki:

  1. Penerapan Konsekuensi: Kadang-kadang, penerapan konsekuensi bisa terasa tidak konsisten atau tidak adil. Penting untuk memastikan bahwa konsekuensi diterapkan secara konsisten dan dipahami dengan jelas oleh semua siswa.
  2. Pendekatan Restitusi: Meskipun posisi kontrol restitusi membantu dalam menyelesaikan masalah, mungkin perlu penyesuaian untuk memastikan bahwa semua siswa merasa didengar dan mendapatkan dukungan yang memadai dalam proses pemulihan.
  3. Penguatan Keyakinan: Walaupun keyakinan sekolah telah diperkuat, masih perlu usaha lebih untuk memastikan bahwa semua anggota komunitas sekolah benar-benar merasa terlibat dan memiliki visi yang sama. Penguatan komunikasi dan pelibatan seluruh pihak mungkin diperlukan untuk meningkatkan keselarasan ini.

Secara keseluruhan, meskipun ada aspek-aspek yang telah berjalan dengan baik, terus-menerus mengevaluasi dan menyesuaikan pendekatan akan membantu dalam menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik dan lebih mendukung.

SEBELUM MEMPELAJARI MODUL

Posisi yang Paling Sering Digunakan:

Posisi Penghukum: Sebelum mempelajari modul, saya cenderung menggunakan posisi penghukum dalam interaksi dengan murid. Dalam pendekatan ini, saya menetapkan konsekuensi yang tegas terhadap pelanggaran aturan, seringkali tanpa banyak diskusi dengan siswa.

Perasaan Saat Itu:

Kepuasan Tertentu: Saya merasa bahwa pendekatan ini efektif dalam menjaga disiplin dan memastikan aturan diikuti. Ada rasa kepuasan karena aturan dipatuhi dan kelas berjalan dengan tertib.

Keterbatasan Keterlibatan: Namun, saya juga merasa bahwa pendekatan ini bisa membuat siswa merasa tertekan atau tidak terlibat secara emosional. Kadang-kadang saya merasa bahwa siswa tidak selalu memahami alasan di balik aturan dan konsekuensi tersebut.

SETELAH MEMPELAJARI MODUL

Setelah Mempelajari Modul:

Posisi yang Digunakan Sekarang:

Posisi Manager: Setelah mempelajari modul, saya lebih sering menggunakan posisi manager. Dalam pendekatan ini, saya fokus pada pengelolaan dan pemantauan perilaku siswa dengan pendekatan yang lebih terstruktur dan mendukung, sambil tetap memberikan bimbingan yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Perasaan Sekarang:

Lebih Terlibat dan Efektif: Saya merasa lebih terlibat dan efektif karena pendekatan ini menciptakan lingkungan yang lebih mendukung dan memungkinkan saya untuk memfasilitasi perkembangan siswa dengan cara yang lebih positif.

Rasa Kepuasan yang Lebih Besar: Pendekatan manager memungkinkan saya untuk lebih memahami kebutuhan dan tantangan siswa, serta memberikan dukungan yang lebih konstruktif. Ini memberikan rasa kepuasan yang lebih besar karena siswa merasa didukung dan terlibat dalam proses belajar.

PERBEDAANNYA

  • Pendekatan Terhadap Siswa: Perbedaan utama adalah pergeseran dari pendekatan yang lebih punitif (penghukum) ke pendekatan yang lebih kolaboratif dan mendukung (manager). Pendekatan manager lebih fokus pada pengelolaan dan dukungan daripada hanya menerapkan konsekuensi.
  • Rasa Kepuasan dan Efektivitas: Setelah mempelajari modul, saya merasakan kepuasan yang lebih besar karena pendekatan manager menciptakan lingkungan yang lebih positif dan inklusif. Sebelumnya, meskipun saya merasa disiplin terjaga, pendekatan penghukum mungkin tidak selalu mendukung pengembangan dan keterlibatan siswa dengan cara yang konstruktif.

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah menerapkan elemen dari segitiga restitusi, meskipun tidak secara sistematis.

Tahap yang Diterapkan:

Stabilize the Identity: Saya berusaha memastikan siswa merasa diterima dan dihargai meskipun mereka membuat kesalahan. Saya berbicara dengan mereka secara pribadi, mengingatkan mereka tentang kekuatan dan potensi positif mereka untuk menjaga kepercayaan diri mereka.

Validate the Misbehavior: Saya mengakui bahwa perilaku mereka adalah masalah yang perlu diperhatikan dan dibahas. Saya berbicara dengan siswa tentang pelanggaran yang terjadi dan alasan di baliknya, sehingga mereka memahami dampak tindakan mereka.

Praktik:

Contoh Stabilize the Identity: Ketika siswa berbuat kesalahan, saya mengajak mereka berbicara dan menegaskan bahwa kesalahan bukanlah cerminan dari nilai diri mereka.

Contoh Validate the Misbehavior: Saya mengadakan diskusi tentang pelanggaran yang terjadi, menjelaskan aturan yang dilanggar dan mengapa itu penting.

Meskipun saya menggunakan elemen-elemen ini, saya belum secara penuh menerapkan seluruh segitiga restitusi hingga setelah mempelajari modul. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun