Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

PSBB Jakarta Diperpanjang (Lagi) dan Jombang yang "Ketar-ketir", Ribuan Santri Siap Menyerbu

4 Juni 2020   22:23 Diperbarui: 4 Juni 2020   22:23 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi virus corona (Covid-19). Sumber: KOMPAS.com/SHUTTERSTOCK

Biasanya saat kembali ke pesantren santri diantar oleh orangtua dan keluarga. 

Kebiasaan ini tampaknya tengah dikaji ulang. Orangtua dan keluarga dilarang ikut serta. Santri akan dijemput oleh armada yang ditunjuk pesantren di lokasi yang ditentukan.

Skema penjemputan itu tidak berbeda dengan proses pemulangan santri di awal pandemi Corona. Mereka diantar dalam satu rombongan menuju beberapa kota. Masjid Jami di kota tersebut menjadi salah satu titik penjemputan orangtua.

Corona memang bikin ribet! Atau jangan-jangan hidup kita memang sudah ribet?

New Normal dan Hiperealitas

Mengikuti umek-umek berita di media tentang persiapan new normal mengingatkan saya pada kata "hiperealitas".

Pernahkan Anda membeli satu cangkir kopi seharga 70 ribu? Padahal hitungan normal harga kopi adalah lima ribu hingga tujuh ribu. Selisih kenaikan harga 65 ribu itulah hiperealitas secangkir kopi.

Dalam 65 ribu itu terdapat merek, brand, citra, pajak, suasana kafe, status sosial, gengsi dan seterusnya. Semuanya tidak kasat mata alias ghaib alias fantasi alias khayalan.

Kita tidak memiliki daya kritis untuk membedakan mana kenyataan mana khayalan, mana fakta mana imajiner, mana benar mana hoaks, mana asli mana palsu.

Jean Baudrillad menyebut hal itu simulasi, yakni representasi atau gambaran tentang objek lebih penting daripada objek itu sendiri.

Fantasi yang menyertai kopi seharga 70 ribu lebih penting daripada fakta mendasar tentang kopi yang normalnya dibeli cukup lima ribu atau tujuh ribu.

Pada konteks hiperealitas dan simulasi itu, fantasi kita tengah diobrak-abrik oleh Covid-19. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun