Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kebangkitan Nasional dan Bias Optimisme Kepemimpinan Populis

20 Mei 2020   00:20 Diperbarui: 20 Mei 2020   00:50 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasionalisme Indonesia. Ilustrasi: KOMPAS.com/SHUTTERSTOCK

Kebangkitan Nasional: Mitos atau Kenyataan?

Mencermati penggerak Kebangunan Nasional yang dimotori oleh kekuatan golongan, sosial dan politik, kita bisa memetik beberapa pelajaran.

Kebangkitan nasional bukan pekerjaan yang diemban oleh satu atau dua golongan. Bukan tugas partai politik semata. Bukan pula kewajiban kaum cendekiawan saja.

Keragaman sosial dan budaya, adat dan tradisi, serta kekayaan alam yang melimpah merupakan modal potensial bagi bangsa Indonesia untuk bangkit kapan saja. Semua warga bangsa adalah motor penggerak kebangkitan itu.

Ini bukan soal kapan kita bangkit melainkan bagaimana kita bangkit. Kebangkitan nasional bergantung pada "mentalitas" proses pergerakan nasional yang disokong oleh bangsa Indonesia sendiri.

Pertanyaannya, apakah selama 112 tahun, terhitung sejak 1908, kita sudah, sedang, dan akan mengalami kebangkitan demi kebangkitan? Apa indikator sosial, budaya, politik, ekonomi dan pendidikan---mikro dan makro, nasional dan global---yang menunjukkan kita mengalami kebangkitan?

Atau kita mengalami kebangkitan pada skala personal individual namun masih terjajah secara sistemik struktural?

Dinamika proses kebangkitan tidak bisa dipotret melalui satu sudut pandang saja karena ini menyangkut jati diri dan harga diri bangsa Indonesia.

Kalau peringatan kebangkitan kali pertama pada 1948 dilatarbelakangi oleh situasi krusial sosial, ekonomi, politik, pertanyaannya: perlu menunggu proses pembusukan seperti apa lagi supaya kita benar-benar bangkit saat ini?

"Siumanlah dari pingsan berpuluh-puluh tahun. Bangkitlah dari nyenyak tidur panjangmu. Sungguh negeri ini adalah penggalan surga. Surga seakan-akan pernah bocor dan mencipratkan kekayaan dan keindahannya. Dan cipratan keindahannya itu bernama Indonesia Raya.

Kau bisa tanam benih kesejahteraan apa saja di atas kesuburan tanahnya yang tidak terkirakan. Tidak mungkin kau temukan makhluk Tuhanmu kelaparan di tengah hijau bumi kepulauan yang bergandeng-gandeng mesra ini.

Bahkan bisa engkau selenggarakan dan rayakan pengantin-pengantin pembangunan lebih dari yang bisa dicapai oleh negeri-negeri lain yang manapun," tulis Cak Nun dalam Renungan Lir-ilir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun