Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Patung Pasir

10 April 2018   04:56 Diperbarui: 10 April 2018   05:17 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lebih rapat lagi. Persembahanku kali ini akan memberikan kenikmatan paling puncak."

Eva mengatupkan kedua tingkap matanya. Membiarkan wajahnya yang ranum pepaya terbakar matahari. Telinganya diistirahatkan atas desau angin, gedebur gelombang, dan celoteh orang-orang di pantai. Ia hanya mendengar gerakan tangan suaminya yang memahat patung pasir.

"Sekarang, buka matamu!"

"Sudah selesai?"

"Lihatlah!"

Eva membuka matanya. Betapa bahagia. Karena, paras patung itu seanggun zamrud. Tetapi, ia heran. Mengapa Adam tidak menandai dengan lingga atau yoni.

"Mengapa matamu terbaca aneh? Kau tak berkenan?"

"Aku suka."

"Lantas?"
"Patung ini laki atau perempuan?"

"Kau menghendaki berkelamin apa, Va? Kalau laki, akan aku letakkan lingga di bawah pusarnya. Kalau perempuan, akan aku tandai karya ini dengan yoni sebagai rahasianya."

"Aku suka laki. Agar ia serupa pelaut yang berani menerjemahkan badai dengan jiwa karang."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun