Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Elegi Gadis Desa Teluk Cikal

3 Maret 2018   22:40 Diperbarui: 3 Maret 2018   22:53 1758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

/9/

Layaknya serombongan pesakitan di tanduan, aku dan seluruh putri boyongan diarak sebagai simbol kemenangan. Di antara panji-panji berkibaran. Di tengah sorak-sorai orang-orang di sepanjang jalan.

Selepas Pati hingga Semarang, aku dielu-elukan sebagai putri rampasan. Dari Rawapening hingga Desa Taji, orang-orang meneriakiku sebagai daging siap saji. "Duh! Betapa brengsek cara mereka memandang wanita."

 /10/

Di balairung Mataram yang dihadiri para punggawa, aku dihadapkan pada Prabu Pandhita Hanyakrakusuma. Raja agung yang menjadi kiblat raja-raja tanah Jawa. Raja agung yang diliputi kewibawaan Brahma, kearifan Wisnu, keperkasaan Siwa.

Di naungan kekuasaan raja besar Mataram.Tak ada seucap kata tak ada seusik raga. Semuanya serupa anjing tanah yang terinjak kaki manusia. Tak ada yang menolak manakala sang brahmana-raja bersabda "Wiraguna! Jadikan Mendut sebagai bunga di puri katumenggungan!"

Dalam diam, jiwaku bergolak. Ingatanku kembali pada dongeng Rama dan Biyung

tentang rusa muda yang terlepas dari mulut singa, jatuh di mulut buaya Wiraguna, yang tersohor sebagai penakluk musuh dan hati wanita.

/11/

Di mataku, Wiraguna adalah pria sempurna yan menguasai lima perkara di dunia: Wisma, turangga, curiga, kukila, dan wanita. Lima wanita setia mendampinginya siang malam, sebagai batu asahan atas pisau hampir karatan. Puluhan gundik yang tersebar di pelosok desa, siaga sebagai tujuan wisata asmara.

Di mataku, Wiraguna terkesan sebagai pejantan perkasa. Nelayan yang mampu melintasi tujuh pulau dalam semalam hanya dengan perahu tua dan dayung seadanya. Namun, keperkasaannya tak akan dapat menaklukkan bukit karangku. Di mana puncaknya telah berkibar bendera kasih Kakang Pranacitra. Belahan jiwa yang tak akan terpisahkan dengan kemilaunya permata. Belahan hati yang tak akan terceraikan dengan ujung belati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun