Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Membaca Prasasti, Membaca Sejarah Medang

12 Februari 2018   23:25 Diperbarui: 13 Februari 2018   18:39 1483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prasasti Panunggalan, Telahap, Watukura, Telang, Poh, dan Kubu-Kubu

Prasasti Panunggalan yang dikeluarkan pada 19 November 896 menyebut nama Sang Watuhumalang Mpu Teguh. Namun prasasti tersebut tidak menyebut Watuhumalang sebagai raja Medang periode Jawa Tengah, melainkan sebagai haji (raja bawahan). Sedangkan Prasasti Telahap menjelaskan bahwa yang menjadi raja Medang bukan Watuhumalang, melainkan Dyah Balitung. Dari sini Poerbatjaraka dan Boechari menganalisis bahwa Dyah Balitung menjabat sebagai raja Medang sesudah menikahi putri Watuhumalang.

Selama menjabat sebagai raja, Dyah Balitung mengangkat Mpu Daksa sebagai Rakryan Mapatih (Prasasti Watukura, 27 Juli 902). Selain itu, Dyah Balitung pula memerintahkan pada Rakai Welar Mpu Sudarsana untuk membangun komplek penyeberangan 'Paparahuan' di tepian Sungai Bengawan Solo (Prasasti Telang, 11 Januari 904), membebaskan pajak pada warga desa Poh yang telah merawat bangunan suci Sang Hyang Caitya dan Silungkung (Prasasti Poh, 17 Juli 905), serta memberikan anugerah berupa desa Kubu-Kubu pada Rakryan Hujung Dyah Mangarak dan Rakryan Matuha Dyah Majawuntan yang berhasil menaklukkan daerah Bantan (Prasasti Kubu-Kubu 17 Oktober 905).

Prasasti Timbangan Wungkal dan Taji Gunung

Bersumber dari Prasasti Timbangan Wungkal yang berangka tahun 913 dapat diketahui, Mpu Daksa (Sri Maharaja Daksottama Bahubajra Pratipaksaksaya Uttunggawijaya) merupakan putra Rakai Gurungwangi (cucu Rakai Pikatan) yang menjabat sebagai raja Medang periode Jawa Tengah (910-919) dengan pusat pemerintahan di Poh Pitu. Lebih jauh Prasasti Taji Gunung yang berangka tahun 910 menjelaskan bahwa Mpu Daksa menjabat sebagai raja sesudah melakukan kudeta terhadap kekuasaan Dyah Balitung.

Prasasti Ratihang, Lintakan, dan Harinjing

Merunut pada Prasasti Ratihang, Dyah Tulodong telah menikahi Rakryan Layang (putri Dyah Balitung) sebelum menjabat sebagai raja Medang (898-910). Dyah Tulodong yang bergelar Rakai Layang (Prasasti Lintakan, 12 Juli 919) telah mengangkat Mpu Ketuwijaya (Sri Ketudhara Manimantaprabha Prabhusakti) sebagai Rakryan Mapatih Hino dan Mpu Sindok sebagai Rakryan Halu.

Semasa menjabat sebagai raja, Dyah Tulodong membebaskan desa Culangi sebagai daerah bebas pajak. Anugerah ini diberikan pada 12 putra Bhagawanta Bhari yang telah berjasa membangun bendungan pencegah banjir. Berita ini telah dituliskan dalam Prasasti Harinjing yang dikeluarkan pada 19 September 921.

Prasasti Culangi dan Wulakan

Prasasti Culangi yang dikeluarkan pada 7 Maret 927 menyebutkan bahwa Dyah Wawa yang memerintah Medang pada 924-028 bergelar Rakai Sumba atau Rakai Pangkaja. Sementara Prasasti Wulakan yang dikeluarkan pada 14 Pebruari 928 menyebut nama Dyah Wawa sebagai putra dari Rakryan Landheyan.

Prasasti-Prasasti Warisan Mpu Sindok

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun