Smart farming adalah sebuah metode pertanian cerdas berbasis teknologi yang menggunakan Artificial Intelligence (AI) untuk memudahkan petani melakukan pekerjaan (MSMB 2018). Demikian pula menurut Popa (2011), bahwa kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan robot akan mampu melaksanakan berbagai tugas di bidang pertanian lebih cepat dengan presisi jauh lebih baik dibandingkan dengan manusia.
Smart farming 4.0 memberikan peluang bagi peningkatkan kesejahteraan petani dan berkontribusi terhadap keberlanjutan pertanian.
inovasi smart farming merupakan transformasi pertanian dari sistem konvensional menjadi pertanian modern, penggunaan citra data satelit berfungsi meningkatkan produktivitas sekaligus mengantisipasi terjadinya bencana.
Aplikasi drone untuk menanam, drone untuk pemupukan dan penyemprotan pestisida, autonomous traktor (traktor otomatis), adalah contoh pertanian presisi dimana ketepatan penggunaan sumber daya dalam sistem produksi pertanian ditengah keterbatasan SDM bisa di atasi dengan menggunakan big data, machine learning, robotika dan internet of things serta meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian Indonesia.
Pencanangan “Making Indonesia 4.0” menjadi pintu gerbang keterbukaan era teknologi untuk meningkatkan daya saing sekaligus mempersiapkan Indonesia memasuki revolusi industri ke-4, meskipun banyak kendala yang dihadapi khususnya kesiapan SDM yang mempuni, baik kuantitas maupun kualitasnya. pelaku utama pembangunan pertanian berjumlah 35.003.156 orang, dengan latar belakang tingkat pendidikan dasar sebanyak 84,22%, pendidikan menengah 14,03%, dan pendidikan tinggi 1,76%. Sebagian besar pelaku utama yang bekerja di sector pertanian berusia 50 tahun ke atas.(BPS,2020).
2.1. Teknologi Blockchain
Teknologi blockchain adalah teknologi yang dapat mendukung efisiensi dan transparansi. Teknologi ini mulai digunakan di sektor pertanian, manfaat yang dapat diperoleh melalui Teknologi blockchain diantaranya :
Meramalkan perubahan dunia yang sangat cepat.
Mengurangi inefisiensi sekaligus menghemat waktu dan energi.
Meminimalisir ketidaksamaan data dan informasi terkait dengan kapasitas, pasar dan pembiayaan bagi seluruh pelaku pertanian.