"Apakah Pak Hassan sudah mencari keberadaan Dimas di rumah Pak suryo?" tanya Pak Tatang penuh selidik.
  "Saya baru saja dari rumah Pak Suryo dan mendapati anak saya juga anak Pak Suryo belum juga pulang ke rumah. Kejadian ini membuat Pak Suryo marah dan mengancam saya jika sampai terjadi sesuatu kepada anaknya," jawab Pak Hassan sambil menggelengkan kepalanya untuk mengusir gambaran buruk yang terus terlintas di dalam pikirannya.
  "Sebelum meninggalkan rumah tadi sore, apakah anak Pak Hassan sempat memberi tahu akan bermain ke mana?"
  "Pada saat itu saya sedang tidak berada di rumah, tetapi anak saya sempat meminta izin kepada ibunya kalau mau bermain bersama Rifki anak Pak Suryo." Pak Hassan kembali menundukkan kepalanya sambil sesekali menggelengkan kepalanya.
  "Apakah ada petunjuk anak Pak Hassan beserta anak Pak Suryo pergi bermain ke mana?"
  "Itulah masalahnya bapak kepala desa," jawab Pak Hassan lirih, "anak saya tidak memberi tahu akan bermain ke mana bersama anak Pak Suryo. Ini yang menyulitkan saya mencari keberadaan anak saya." Terjadi keheningan selama beberapa saat sebelum Pak Hassan kembali melanjutkan ceritanya. "Ini tidak seperti biasanya anak saya bermain sampai malam hari. Saya merasa sangat khawatir anak saya juga anak Pak Suryo saat ini sedang dalam kesulitan dan saya sebagai orang tua tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolongnya." Terdengar nada putus asa dari Pak Hassan dengan semua keadaan ini.
  Dari bagian belakang rumah muncul istri Pak Tatang datang membawakan dua cangkir teh panas yang langsung dihidangkan di atas meja ruang tamu. Setelah selesai menghidangkan minuman, istri Pak Tatang segera kembali masuk ke dalam rumah. Pak Tatang mempersilakan Pak Hassan untuk meminum teh-nya guna meredakan ketegangan yang sedang dirasakannya.
  "Jika seperti itu urutan kejadiannya, malam ini saya akan meminta bantuan dari warga desa untuk ikut membantu melakukan pencarian. Kita hanya bisa berharap yang terbaik, semoga saja Dimas dan Rifki dapat segera ditemukan dan bisa berkumpul kembali bersama keluarganya," ujar Pak Tatang.
  Setelah itu Pak Tatang mulai meminum teh yang dibuatkan oleh istrinya, sambil duduk tenang serta tenggelam dalam pikirannya sendiri. Terjadi keheningan antara Pak Tatang dan Pak Hassan yang hanya dipecahkan oleh suara jarum jam dinding yang berdetak perlahan.
  "Kita akan menuju ke aula balai Desa Mojorejo malam ini juga, untuk mengadakan rapat mengenai situasi yang mendesak ini," kata Pak Tatang membuka keheningan seolah baru saja mendapatkan ilham.
  "Itu ide yang bagus bapak kepala desa. Saya setuju dengan ide itu, lebih cepat dilakukan akan lebih baik," jawab Pak Hassan lemah sambil menganggukkan kepala.