Pasar Ngemplak Tulungagung ini selain mengingatkan banyak hal, juga memberikan saya insight baru tentang bagaimana roda ekonomi rakyat berputar. Bagaimana pelaku UMKM berjuang di masa pandemi agar barang dagangan mereka laku dijual. Selain mengandalkan konsumen lokal, tentu mereka juga harus membuka keran baru dari seluruh pelosok negeri.
Caranya?
Saya sempat berbincang-bincang dengan pedagang lokal di Pasar Ngemplak. Banyak dari mereka yang akhirnya mulai sadar bahwa pasar telah berubah ke arah digital. Poin yang saya suka, mereka tidak menutup diri dengan perubahan zaman. Di tengah terpuruknya ekonomi saat pandemi, mereka mulai memanfaatkan pasar daring.
Ya, meski rerata pedagang pasar tradisional sudah sepuh dan tidak begitu paham dengan dunia digital, mereka dibantu oleh anak-cucu untuk memasarkan dagangannya secara daring. Salah satu pedagang gerabah yang sempat saya temui bercerita bahwa usaha mereka dibantu anaknya untuk berjualan di lokapasar (marketplace).
Untuk pasokan bahan baku sejauh ini mereka tidak ada masalah. Pun untuk distribusi barang ke pelanggan. Mereka hampir tidak menemui kesulitan yang berarti. Andalan mereka cuma satu. Jasa ekspedisi tepercaya seperti JNE yang sudah merambah ke seluruh pelosok negeri.
Bukan tanpa alasan mereka mencari jasa ekspedisi yang bisa diandalkan setiap saat. Ini semata-mata untuk menjaga kepercayaan pelanggan. Mereka sadar bahwa tidak ada transaksi besar tanpa adanya kepercayaan pelanggan yang belum pernah bertatap muka secara langsung layaknya belanja di pasar tradisional.
Transaksi daring mengandalkan sepenuhnya pada jasa ekspedisi. Mencari dan menemukan jasa ekspedisi memang banyak. Tapi yang tepercaya dan bisa diandalkan setiap saat seperti JNE bisa dihitung jari.
Dari pasar tradisional ke pasar daring inilah roda ekonomi rakyat tetap berpurtar. Tanpa jeda, tanpa sekat menembus pasar di penjuru negeri.
Distribusi Batik Tulungagung Merambah Negeri