Sesuai perintah ayahnya mereka pun kemudian meninggalkan padepokan Argabelah menuju Mandraka.  Beberapa tahun kemudian Prabu Artayana ayah Narasoma meninggal dan Narasoma pun diangkat menjadi raja Mandraka dengan nama Prabu Salya, bersama Setiawati permaisurinya yang setia.
====
Lamunan Prabu Salya pun buyar, dan waktu menjelang pagi hari. Di saat mengingat masa lalunya seperti sekarang selalu terlintas dalam fikirannya siapakah gerangan titisan Betara Dharma, dan kapankah akan ia temui? Apakah ia akan menemuinya di peperangan yang segera terjadi ini?
Iapun ingat Banowati, anak yang dikasihinya, saat ini katanya sakit.
Cinta Prabu Salya sebagai orang tua kepada anaknya mengalahkan segalanya, apalagi setelah ia ingat masa lalunya tentang cintanya pada istrinya. Maka ia pun menggagalkan rencananya untuk pergi ke Wirata membela Pandawa, berubah arah menuju Hastina diiringi beberapa ponggawa, dan memerintahkan pasukannya untuk kembali ke Mandraka.
Sebuah keputusan yang kelak ia sesali, manakala ia tahu bahwa berita itu adalah jebakan belaka dari Prabu Duryudana dan Patih Sangkuni, yang tak rela raja yang sakti itu memihak Pandawa. Banowati tidaklah sakit seperti diberitakan. Namun Prabu Salya tak dapat lagi keluar dari Hastina karena bujuk rayu Kurawa dan rasa kesatrianya.
Kelak ia pun harus terjun ke kancah perang Bharatayudha, terpaksa menghadapi keponakan-keponakannya Pandawa yang ia cintai.
Sekian.
(Teddy T)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI