Mohon tunggu...
Teddy Tedjakusuma
Teddy Tedjakusuma Mohon Tunggu... -

Ikut mengumpulkan, menyebarkan, dan mewujudkan nilai-nilai kebaikan, insya Allah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

[Mahabharata] Keputusan Sulit Prabu Salya (2)

10 Desember 2012   11:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:54 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tiba-tiba terdengar oleh mereka berdua suara Resi Bagaspati dari atas mereka.

“Wahai anakku Pujawati dan Narasoma.  Inilah saat perpisahan aku dengan kalian.  Aku tak akan bertemu lagi dengan kalian selama-lamanya.

Narasoma, rupanya cintaku padamu hanya bertepuk sebelah tangan.  Aku tahu bahwa cintamu pada Pujawati terganggu, karena akulah gabah yang kau maksudkan ada di sepiring nasi itu.  Engkau merasa malu memiliki mertua seorang raksasa.

Ketahuilah anakku Narasoma, aku adalah titisan Betara Dharma.  Dulu Betara Dharma menitis pada seorang raksasa juga, namanya  Sukrasana, seorang yang berbudi.  Dia punya seorang kakak yang tampan bernama Sumantri.  Mereka berdua saling mencintai, tapi sayang sang kakak merasa malu memiliki adik seorang raksasa, dan ia pun tanpa sengaja membunuh adiknya itu karena Sukrasana selalu ingin berada di dekat Sumantri.

Dulu aku ingin kembali dekat dengan titisan Sumantri, karena itu aku berdoa agar diberi anak perempuan cantik agar dapat kunikahkan dengan titisan Sumantri, dan doaku terkabul hingga mendapat Pujawati yang sekarang menjadi istrimu, dan engkaulah titisan Sumantri itu.

Namun seperti Sumantri terhadap Sukrasana, engkau pun tak ingin dekat denganku.  Engkau malu sebagai anak raja dan kelak menjadi seorang raja memiliki mertua seorang raksasa sepertiku.  Maka kuputuskan bahwa sudah saatnya kita berpisah sekarang.

Narasoma, aku telah membekalimu dengan ajian Chandrabirawa.  Terimalah ia sebagai rasa cintaku padamu, dan gunakanlah ia untuk melindungi Pujawati.  Jagalah dan cintailah Pujawati sepenuh hatimu.

Anakku, sejak saat ini berhati-hatilah engkau dengan titisan Betara Dharma, karena boleh jadi kematianmu akan terjadi melalui perantaraannya.

Dan Pujawati, anakku tersayang.  Cintailah suamimu segenap hatimu, dan sejak saat ini namamu kuganti menjadi  Setiawati, karena kesetiaanmu pada suamimu.

Selamat tinggal anak-anakku.”

Demikianlah kata-kata dan wejangan terakhir Resi Bagaspati, dan iapun tak pernah kembali.  Pujawati pun menangis sedih ditinggal ayahnya secara tiba-tiba seperti ini. Narasoma tak dapat berkata apa-apa, ia sadar semua telah menjadi takdir yang tak dapat diubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun