Mohon tunggu...
Sabri Leurima
Sabri Leurima Mohon Tunggu... Freelancer - Ciputat, Indonesia

Sering Dugem di Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Celana Umpan

30 Desember 2019   22:20 Diperbarui: 30 Desember 2019   23:03 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diatas bukit Tareng ramai sekali masyarakat Desa Tengo-Tengo sedang menyaksikan pertandingan gawang mini. Fase semi final mempertemukan Fc. Baterek VS Belmes.Fc kedua tim bermain sangat sengit dan menegangkan. Sorak-sorak penonton tak luput dari lajunya bola kaki.

Ditenda jualan, Rani dan Mastia sedang asyik bercerita dengan menggunakan baju ketat dan celana gaul. Katanya! Laki-laki patriar menyebutnya sebagai celana umpan.

Rani dan Mastia masih duduk di bangku kelas XII SMA 3 Solohutu kedua gadis ini bisa dibilang bunga desa yang bergaya anak kota. Cultur masyarakat Desa Tengo-Tengo masih kental dengan nuansa adat. Kebudayaan modern yang dipertontonkan media, membuat banyak gadis-gadis muda menjadi takaruang dan melanggar etika adat.

Cara berpakaian seperti demikian telah keluar koridor, jauh dari yang sudah di tetapkan. Konservatif pemikiran masyarakat seperti para orang tua memandang perubahan seperti itu jelas telah melanggar norma agama dan adat. Dari dulu busana kebaya adalah pembalut tubuh masyarakat Tengo-Tengo, khususnya kaum perempuan. Namun, jarum jam berputar begitu cepat. Jaman makin ngeh kepada mereka yang  memiliki daya tahan tubuh sangat lemah.

Pada babak pertama lewat kaki Alimun, Fc.Baterek berhasil menyumbang 1 gol ke gawang Belmes. Ketegangan menghantui para penonton. Seusai ngobrol, Rani dan Mastia hendak merapat ke bangku cadangan. Ia mencoba bergabung dengan tim Fc. Baterek, guna membantu menyoraki, hanya saja tidak dipersilahkan oleh coach Fc. Baterek.

Rani, pergi sana. Jangan kesini nanti kamu malah membuat para pemain tidak fokus," kata Anwar selaku coach.

Mendengarnya, perlahan langkahkan kaki Rani bergerak mundur meninggalkan bangku pemain. Dalam hatinya, sangat kesal. Namun apadaya, ada benarnya juga apa yang dikatakan si coach itu.

Ia kembali ke tenda jualan, Mastia diwaktu yang sama berada di bangku pemain Belmes, semacam ada kerjasama antara mereka berdua untuk berbagi kerja. Celana umpan yang dipakai, siapa saja yang melihatnya pasti akan tergoyah imannya. Ini yang selalu memicu reaksi laki-laki partriar untuk bersemedi.

Diakhir pertandingan, Fc. Baterek menang telak 2-0. Satu gol lagi di cetal oleh Jemy lewat tendangan freekick. Hasil itu membawa Fc. Baterek melaju ke babak Final, bertemu dengan Fc. Lorgi. Langit telah mencapai titik gelap, semua penonton bergegas kembali pulang kerumahnya.

Perjalanan pulang menuju rumah, Rani dan Mastia harus menuruni bukit. Iya, lapangan bola masyarakat Tengo-Tengo berada di atas bukit. Pohon cengkeh menari-nari tertiup angin malam. Kedinginan menerpa tubuh Rani dan Mastia.

Mas, kamu terasa dingin gak?

Iya. Ni. Badanku dingin buanget rasanya.

Trend celana umpan di tahun 2005 menjadi ajang pamer-pameran. Mereka yang berumur 15 tahun hingga 25 tahun sering bergaya-gayaang dengan apa yang dipakai. Mode kekinian telah merusak sistem saraf mereka. Bagi yang tidak mengikuti trend demikian bakal dikatain kuno dan ketinggalan jaman. Ado, jaman e.

Sampai dirumah, Rani disambut dengan kemarahan oleh ayahnya, Kader, persis di depan pintu kamarnya.

Woy, Rani. Ini kamu sudah seperti apa sih gayanya. Celana sudah tidak jelas, bangga lagi memakainya. Yang kamu pakai itu sudah bikin malu keluarga. Cepat, masuk ke kamar sana. Ikut-ikut ramai saja. Kencing saja belum lurus sudah sok-sokan.

Drakkk, pintu kamarnya di dobrak Rani dengan kesedihan yang terselimuti di wajah polosnya.

Esok hari, datanglah Anwar kerumah Kader. Kebetulan, Kader senggan menikmati kopi sambil membaca koran diteras rumah.

"Assalamualaikum, Om".

"Waalaikumsalam...Ehh, Anwar. Ada apa pagi-pagi kesini. Ayo silahkan duduk," Kader menyambutnya.

"Makasih Om".

Jadi ada apa nih. Tumben kamu pagi begini sudah datang ke rumah om," Kader mengulanginya.

"Jadi begini om. Kalau boleh Rani tolong diingatkan lagi. Kalau ke keramaian gitu, janganlah pakai celana Umpan seperti kemarin. Kan tidak enak kalau diliat orang. Nanti om dan tante dinilai tidak baik dalam mendidik anak".

"Kemarin, lanjut Anwar, saya hampir mau tampar Rani dilapangan gara-gara celana itu. Jadi kalau bisa diingatkan aja Rani-nya".

"Iya, Anwar. Semalam saya juga sudah marahin dia. Eh, dianya seolah-olah tidak mendengar perkataan saya. Anak muda jaman sekarang ya, huuu.. kalau kita tidak awasi mereka bisa fatal jadinya. Jaman sekarang, sudah terlalu tidak terkontrol dengan baik. Pantas saja hamil diluar nikah dan narkoba merajalela".

"Eh, Anwar. Maaf, om lupa tawarkan kopi. Ma, ma. Buatin kopi satu dong buat Anwar".

"Iya bentar," nyahut Ardila istri Kader dari belakan.

"Om, tidak usah. Saya juga langsung mau berangkat latih anak-anak dulu di pantai. Besok mereka final soalnya".

"Serius Anwar, itu mamanya Ranu sudah bikinin kopi".

"Om, minum aja biar kenyang. Hahaha, dada om. Saya pamit ya? Assalamualaikum.

"Haduuh, Anwar, Anwar. Dasar sialan sudah dibikini kopi malah pergi. Yasudalah buat saya aja". Wkwkw.

Dalam tradisi masyarakat konservatisme, laki-laki selalu menjadi benar dan kesalahan terletak pada perempuan. Tidak menentukan ruang dan waktu, hal serupa tetaplah dimenangkan oleh para lekaki. Padahal bila diperiksa cepat-cepat, perempuanlah yang banyak berperan ketimbang lelaki. Faktanya, persepsi masyarakat sangatlah ambigu dalam memandang hal semacam ini.

Kebebasan perempuan sangat jarang bahkan sama sekali tidak diaktifkan sehingga peluang ke ruang publik tertutup rapat oleh kekuatan patriar dan kebudayaan feodalistik.

Singkat cerita di belakan sekolah SMA 3 Solohutu, peristiwa kedapatan seorang siswa dan siswi tengah bermain miras secara bersamaan menguncang nama baik sekolah Rani. Kedua bocah ingusan itu tidak pakai basa-basi langsung dikeluarkan oleh kepala sekolah. Rani dan teman-temannya merasa malu ketika hendak pulang lalu bertemu dengan siswa-siswa dari sekolah tetangganya. Pasti mereka diejek-ejek bahwa sekolah mereka adalah bandar minuman alkohol.

Oi, oi kalau kalian mau beli alkohol to, pesan aja di sekolah Rani. Beli dua gratis satu. Minumnya jangan di kelas tapi di bawah pohon kelapa," suara sindiran seorang teman dari SMA 1 Solohutu kepada Rani.

Bagi Rani, yang dilakukan adalah oknum. Walaupun dia berasal dari sekolahnya. Kejadian itu membuat Rani merasa termotivasi untuk memperbaiki nama baik sekolahnya.

Jangan sampai karena ulah oknum dapat menghancurkan nama baik sekolah kita," tegas Rani dalam hati.

Hari-hari disekolah, giat belajar dan runtinitas kegiatan membuat sekolah Rani kembali normal lagi. Sementara diluar sana, masih buming berita terkait peristiwa siswa peminum miras yamg berasal dari sekolah Rani tersebut.

Begitu juga dirumah, celana umpan yang sering dipakai Rani, semuanya dibuang ke tong sampah. Akibat peristiwa yang dibuat temannya, hingga tercoreng merah sekolahnya, rasa giat belajar menusuk di dinding jiwa. Dengan satu harapan sekolah kita tidak boleh di bully lagi sedemikian rupa.

Setiap ada lomba, Rani adalah seorang siswi yang paling terdepan untuk mengikutinya. Cerdas cermat tingkat sekolah antar se-Kecamatan Solohutu berhasil ia menangkan. Begitu juga antara Kecamatan di Kabupaten Moluku Tengoh, Rani cs keluar sebagai juara dua lomba cerdas cermat dengan tema Kebangsaan.

Step by step, nama baik sekolah Rani kian menaiki tangga sekolah dengan predikat penghasil siswa-siswi berkualitas. Ia juga terpilih mewakili sekolahnya untuk melakukan studi banding ke Jogjakarta bersama 9 orang lainnya dari sekolah yang berbeda.

"Baginya, seburuk apapun tingkah laku seseorang janganlah disamaratakan. Dalam 10 orang pasti ada 1 yang buruk dan 1 yang baik. Jadi tolong telaah dengan baik", kata Rani dalam pesan yang ia tulis di dinding mading sekolah.

Prestasi gemilang yang dicapai mengantarkannya menjadi ketua OSIS. Rani sungguhlah hebat. Ia berhasil mengalahkan hinaan dan bullyan dengan segudang prestasi yang dicapai.

Danke, para pembully karena kamu aku jadi yang maha prestasi. ( Rani 2005 ).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun