Mohon tunggu...
Sabri Leurima
Sabri Leurima Mohon Tunggu... Freelancer - Ciputat, Indonesia

Sering Dugem di Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis Adem Baduy Itu Bernama Marsyah

20 September 2019   01:21 Diperbarui: 20 September 2019   22:40 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oh namanya Marsyah. Masya Allah ademnya hati ini," ucap saya.

Boleh tidak saya minta foto. Kebetulan Marsyah sudah bisa lancar bahasa Indonesia sehingga tidak cenderung kaku diajak bercakap.

Saya tidak mau diam dan langsung ambil bagian. Ini momen berharga yang harus saya taklukan. Setidaknya walau cuman bisa dapat foto. Akhirnya jepretan saya dan gadis adem arem itu berhasil. Uhhh wajahnya mebasahi tubuh yang tebakar ini.

Teman-teman saya yang lain mulai bergiliran foto dengannya. Prinsipnya masih sama seperti saya, tidak ingin ketinggalan moment. Foto-foto itu kemudian di tutupi dengan kalimat haturnuhun teh.

Marsyah sudah berjalan mendahului lokasi potretan tadi. Sementara saya dan teman-teman masih bahagia atas peristiwa foto bersama Marsyah. Yayah, Dini dan Bu Mindo memilih berjalan lebih cepat.

Menanjak dan menanjak terlihat jauh dipandang, empat perempuan berseragam putih sedang berfose di bawah maps Desa Baduy yang dibuat pakai coran semen. Diatasnya ada beberap huruf yang hilang sehingga bacaan Selamat Datang di Baduy tidak terbaca jelas. Diatasnya lagi ada nama PLN yang memajang logonya diatas huruf-huruf selamat datang.

Lalu kami masuk dan harus registrasi, Jay tengah berhadapan dengan pria tampang Baduy untuk bersolidaritas dengan memberi duit 50 ribu. Hanya sebatas dukungan demi pembangunan desa. Kata teman-teman disini ada Perempuan cantik dan Lekaki tampan. Ternyata itu jelas saya menyaksikannya. Disamping saya, para ibu-ibu sedang berproduktif menenung sarung. Sementara anak-anak kecil Baduy yang lain sendura asyik bermain gembira  tanpa batasan. Sungguh luar biasa cerita ini.

Lima menit kemudian kami pergi meninggalkan tempat registrasi. Tangan-tangan teman perempuan saya sudah tidak bisa diatur lagi. Memegan pernak-pernik seakan ingin membelinya. Lalu tiba saatnya waktu itu menghentikan kami di sebuah rumah yang berhadap dengan tebing berpasir merah.

Dia lagi, Marsyah lagi kataku.

Kini Marsyah tidak sendiri, tidak berwajah adem berseri seorang diri. Sang ibu pun tak kalah ademnya. Marsyah dan ibunya sedang duduk berhadap menunggu para pembeli musiman. Tatapan itu awalnya tidak percaya akan kesopanan wajah Marsyah dan ibunya. Bergerak malu sang ibu akhirnya memilih masuk ke rumah meninggalkan Marsyah sendirian. Ada apa gerangan?

Lama percakapan antara saya, Marsyah dan teman-teman mengalir tanpa bendungan keras. Kami tertawa, bercanda, merayu, dan tentunya membeli produk yang dijual Marsyah. Saya membeli 2 gantungan mainan yang bertuliskan Baduy berharga 10 rebu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun