Setelah kelar memberikan penyuluhan Street Law kepada warga Desa Bojongmenteng, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Banten. Saya dan teman-teman Probono di dampingi beberapa kawan Keluarga Mahasiswa Lebak (Kumala) mengadakan perjalanan menuju Desa Baduy untuk meluruskan cita-cita kami.
Saya, Mizin, Deko selaku ketua Kumala dan tiga perempuan lainnya, yakni; Yayah, Dini, dan Bu Mindo menaiki mobil sedan Mayza. Eh, tentu saya dan teman-teman Probono sangat berterimah kasih kepada sang driver mobil handal kang Maman. Iya dong, karena dia kita bisa sampai ke Baduy. Maklum tak ada satu pun dari kami yang menaiki Mobil, bisa nyetir. Hehee, termasuk saya.
Koordinator Probono kami, Ahmad Jayani atau nama kerennya Bang Jay bersama dua teman lainya, Marga, Pebri dan Kanda menggunakan motor.
Jarak tempuh dari Desa Bojongmenteng ke Baduy Luar kira-kira 30 menit, kalau saya tidak salah. Ya, kita sudah sampai. Mobil di parkiran terlihat banyak, mungkin bukan kami saja yang mengadakan perjalanan wisata kesini tetapi ada banyak orang.
Matahari cukup menikam ubun kepala siang tadi. Tapi tak apalah yang penting saya dan teman-teman probono bisa lihat Baduy. Itulah cita-cita kami terlepas dari memberikan penyuluhan Street Law kepada warga yang tidak mengerti hukum.
Dibelakan parkiran mobil, berdiri tegak patung selamat datang. Ada suami istri dan kedua anak. Satu lelaki dan satu perempuan sedang melambaikan tangan. Mungkin mempersilahkan para wisatawan agar masuk ke daerah Wisata Baduy. Ya, saya memaknainya seperti itu.
Terlihat sudah teman-teman probono sedang berdiri di bawa patung. Masing-masing mengeluarkan kamera handphone. Tapi yang masuk kategori adalah handphone milik Yayah. Iya sih, kameranya keren dari pada punya saya dan teman-teman lain tentunya. Saya yang masih beristirahat dari perih teriknya matahari kemudian berlari menghampiri teman-teman yang sudah siap untuk dipotret.
Kami akhirnya foto bersama sesama tim probono. Jepret, jepret, jepret. Hitungan saya ada 20 kali jepretan gambar kami yang diambil oleh teman dari Kumala. Selepas itu kami berfoto ramai bersama teman-teman Kumala. Ya agak terlihat gila sedikit sih hingga membuat warga sekitar Desa Cibuleger melirik kami secara sistematis.
Perjalanan masuk ke desa Wisata Baduy dibawa gapura kita lewati. Trackingnya agak nanjak. Ok, kami sepakat untuk semangat menyusuri tracking tersebut.
Susuran kami diwarnai dengan pernak-pernik hasil olahan warga sekitar yang menambah pendapatan ekonomi mereka. Bermacam-macam gantungan sarung tenung khas Baduy, Gelang, Kalung, madu, gelas dari bambu, terlihat berjejer rapih menyambut kedatangan kami
Mata ini mulai melirik ingin membelinya. Namun kata teman dari Kumala. "jangan dulu membeli bang, masih banyak produk seperti ini di sepanjang jalan yang akan kami lewati," kata dia.