Skenario terhijau dimana emisi gas CO2 yang dihasilklan bernilai terendah diberikan oleh skenario early retirement dengan optimalisasi potensi energi terbarukan, yaitu dengan jumlah emisi gas CO2 nihil dan biaya tahunan pembangkitan sebesar 2,215 juta dollar yang sedikit lebih ekonomis dibandingkan apabila hanya menerapkan skenario early retirement tanpa optimalisasi potensi energi terbarukan yakni sebesar 2,241 juta dollar.
Hal ini disebabkan pada skenario early retirement tanpa optimalisasi, ketergantungan terhadap impor energi listrik dari Pulau Jawa -yang notabene menggunakan pembangkit jenis PLTU- masih tinggi, sehingga kebutuhan akan sumber energi fosil, dalam hal ini batubara, masih sedikit lebih tinggi.
Namun begitu, skenario hijau yang diberikan oleh skenario early retirement tanpa dan dengan optimalisasi potensi energi terbarukan menghasilkan biaya yang lebih tinggi daripada skenario tanpa early retirement. Skenario tanpa early retirement menghasilkan biaya tahunan sekitar 70% lebih murah dibandingkan dengan skenario early retirement. Hal ini berarti untuk membuat Provinsi Bali semakin “hijau”, maka biaya yang diperlukan pun semakin besar.
Prosentase kontribusi pembangkit energi terbarukan pada sistem kelistrikan Provinsi Bali mengalami kenaikan apabila diterapkan skenario early retirement dengan optimalisasi potensi sumber energi terbarukan, dari yang sebelumnya sebesar 11.7%, meningkat menjadi 17.5%.
Perbandingan antara Biaya Total dengan Energi Maksimum yang Dapat Dihasilkan dari Tiap Skenario
Skenario tanpa ER (BaU & OPT) menunjukkan jumlah biaya yang dikeluarkan sebanding dengan energi yang dihasilkan. Pada scenario ini karena pembangkit fossil masih dioperasikan maka terdapat biaya pajak karbon yang dibebankan ke utilitas (PLN).
Skenario Early Retirement (BaU-ER & OPT-ER) tidak memiliki carbon tax, tetapi kompensasi yang dikeluarkan akibat ‘pensiun paksa’ pembangkit yang harus dibayarkan oleh utilitas sangat besar. Kompensasi bisa dimasukkan dalam bagian BPP (seperti scenario ini) atau disubsidi oleh pemerintah agar harga listrik menjadi lebih masuk akal.
Biaya Pokok Produksi (BPP) dari Tiap Skenario
BPP Skenario Early Retirement meningkat secara drastis, dikarenakan pada skenario ini pemerintah / utilitas tetap membayar kompensasi seperti biaya investasi, biaya kontrak bahan bakar, kontrak ToP, dan lain-lain, yang dibebankan seluruhnya pada BPP. Secara intuitif, grafik di atas memperlihatkan bahwa skenario Early Retirement memiliki BPP yang mirip dengan rata–rata BPP Indonesia untuk skenario Low Carbon.
Pada akhirnya, skenario Early Retirement memiliki dampak positif yaitu turunnya emisi karbon hingga menjadi 0 TCOe pada tahun 2025 – 2030. Namun, hal itu dilakukan dengan biaya yang sangat mahal mendekati dua kali lipat BPP normal tanpa Early Retirement yang mana hal ini tidak sesuai dengan prinsip ekonomi yang sejalan dengan komitmen Net Zero Emission oleh PLN.