Bauran Pembangkit Listrik dan Kondisi Eksisting di Pulau Bali
Kondisi saat ini, Bali masih menggunakan sebagian besar pembangkit fossil, grafik menunjukkan bahwa hampir tidak ada kontribusi Pembangkit EBT (0.2%). Sementara, 27% bauran energi listrik berasal dari Import interkoneksi. Yang mana energi tersebut bersumber dari PLTU (Paiton).
Skenario Business as Usual (BaU) pada Sistem Kelistrikan di Pulau Bali
Pada tahun 2030, Skenario BaU menunjukkan sumber pembangkit yang lebih variatif. Bahkan pada skenario ini, persentase import sangat besar dengan adanya Proyek Kabel Laut 500 kV Jawa - Bali. dengan meminimalisir semua pembangkit berbahan bakar solar dan gas, maka porsi import menjadi besar. Dengan demikian emisi gas CO2 yang dihasilkan sebesar 3.372 MTCOe murni seluruhnya berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Skenario BaU dengan Early Retiremen pada Sistem Kelistrikan di Pulau Bali
Pada tahun 2030, Skenario BaU ditambah dengan mematikan PLTU atau Early Retirement dengan tetap mempertahankan semua pembangkit listrik energi terbarukan, maka pasokan energi listrik di Pulau Bali menjadi bergantung seluruhnya pada import daya dari Jawa. Â Hanya terdapat sedikit kontribusi RES yaitu berupa PLTS yang bersifat intermittent.
Skenario Optimalisasi Seluruh Potensi Sumber Energi Terbarukan di Pulau Bali
Pada tahun 2030, Skenario Optimalisasi dimana semua potensi pembangkit energi terbarukan di Pulau Bali dioptimalkan, maka bauran pembangkit listrik energi terbarukan pada sub sistem Bali mengalami peningkatan hingga 20%. Pembangkit PLTU dioptimalkan dan pembangkit dengan bahan bakar fossil lainnya pada kondisi standby. Sehingga Impor listrik dari Jawa menjadi optimal.
Skenario Optimalisasi Seluruh Potensi Sumber Energi Terbarukan dengan Early Retirement pada Pembangkit Energi Fosil di Pulau Bali
Pada tahun 2030, Ketika Skenario Optimalisasi Seluruh Potensi Sumber Energi Terbarukan dijalankan dengan mematikan semua pembangkit fossil atau Early Retirement di Pulau Bali, maka bauran pembangkit energi terbarukan menjadi 28%. Supply daya pada sub-sistem Bali akan sangat bergantung pada reliabilitas kabel laut yang menyumbang sebagian besar daya, mengingat sebagian besar sumber energi terbarukan bersifat intermittent atau fluktuatif.