Mohon tunggu...
Abdurrazzaq Zanky
Abdurrazzaq Zanky Mohon Tunggu... Petani - petani.

Senang membaca segala jenis buku, nulis diary, mengamati lingkungan alam dan sosial, menertawakan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sajak Oknum Seribu

27 November 2024   08:38 Diperbarui: 27 November 2024   08:50 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sajak Oknum Seribu

programnya seribu

siasatnya seribu

partainya seribu

kontributornya satu

tiap pemilu dia dirayu

dikasih uang saku

sepanjang hidupnya ditipu

dikenyangi dengan harapan-harapan palsu

dan orang-orang pintar berfilsafat:

untuk merekat mufakat

kita mesti merawat orang maksiat

undang-undangnya seribu

polisinya seribu

jaksanya seribu

pengacaranya seribu

terdakwanya cuma satu

tiap mereka ditimpa isu

si pesakitan disuruh maju

dikuliti dan diburu-buru

dijebak-jebak agar mau mengaku

masing-masing mengenakan topeng menyaru

dan orang-orang pintar menebah dada mengaku

bahwa keadilan telah ditegakkan

buktinya langit runtuh berserakan

dan si bodoh telah menerima ganjaran

birokrasinya seribu

pemerintahannya seribu

cukongnya beribu-ribu

negaranya tinggal satu

tiap kali mereka ketemu jalan buntu

masing-masing membuat alibi berliku-liku

mengangkangkan pantat dan berak di situ

maka orang-orang pintar berpendapat

begitulah caranya mengenyahkan penjahat

bakar lumbungnya dan bantu tikus-tikus meloncat agar selamat

sekolahnya seribu

kurikulumnya seribu

prodinya beribu-ribu

muridnya hanya satu

tiap menjelang tahun ajaran baru

dia diuber-uber hingga ke gang buntu

dipasangi segala atribut dan seragam baru

otaknya yang beku dijejali teori-teori berdebu

yang tiap bulan dikemas dalam wujud buku-buku baru

yang canggih dan seram judulnya layaknya iblis dan hantu

dan orang-orang bijak berkesimpulan

bahwa bangsa telah banyak membuat kemajuan

kedunguan telah dilokalisir dan dikepung habis-habisan

dikunci di lorong-lorong sempit dan kolong-kolong jembatan

di negeri yang miskin rasa malu

yang tersisa hanya benalu

yang memukul gendang bertalu-talu

untuk menutupi nyanyiannya yang sumbang dan ragu-ragu

di negeri yang gampang melupakan masa lalu

yang berkuasa adalah parasit melulu

penumpang gelap yang sepanjang jalan berseru-seru

agar rakyat senantiasa bersikap tenang dan tak buru-buru

optimis dan meninggalkan prasangka yang bersifat kritis

sebab nasib mereka telah dijamin jebakan labirin berlapis-lapis

di negeri yang telah melempar kehormatannya dalam kubangan

yang menjadi inspirasi adalah tingkah polah para bajingan

migrasi besar kegelapan yang memenuhi jalanan

yang menjadi tren adalah pengayoman dangkal dan murahan

yang memaksa rakyat merogoh saku dalam-dalam

meremas jantung mereka berulang-ulang

demi menebus kembali haknya yang telah digadaikan

di negeri yang yatim piatu dari cendikiawan dan rohaniwan

orang awam hanya bisa meraba-raba dalam kegelapan

dibujuk dan dipermainkan seribu satu suara setan

tak bisa membedakan antara tamparan dan tepukan tangan

antara jilatan dan ketulusan

antara jalan keluar atau jebakan

di dalam kegelapan

semua gema dan suara saling bersabung dengan hampa

segala apa yang pernah dipercaya mentok dan sia-sia

maka dalam kegelapan yang total dan merata

serigalalah yang akan menjadi penguasa tunggal mereka

di negeri yang menganggap uang adalah tuhan

jabatan adalah jaminan keabadian

kesempatan adalah anugerah alam

kemungkaran adalah tanda kebenaran

hanya para pencoleng yang bebas berpesta pora

cuma para maling yang didengar suaranya

badut-badut akan diangkat jadi raja

dimana canda tawa mereka akan menimbun-nimbum nyeri di dada

dan banyolan-banyolannya akan meluahkan luka yang makin menganga

di negeri dimana semua orang berduyun menuju satu jurusan

mengumpul dan menggumpal dalam satu lubang

dimana pemerataan hanya boleh didistribusikan oleh satu tangan

dimana kebenaran kehilangan pijakan

mendompleng di atas kendaraan kepentingan-kepentingan

kejantanan dan kebesaran hati akan terkebiri

komitmen bersama akan cepat menguap dan basi

teredam kompromi dan negosiasi-negosiasi tersembunyi

lalu para cerdik pandai akan mereka ulang kehormatan dan harga diri

merevisi nilai kemudian mengumumkannya sebagai soal mis-komunikasi

di negeri yang menganggap nasehat sebagai penghambat

hasil-hasil survey didaulat sebagai hakikat

penegak hukum dan penyelenggara negara setara malaikat

maka yang paling haram diucapkan adalah kata tobat

sekelompok orang percaya bahwa mereka sudah pasti selamat

maka yang selebihnya sudah tentu kena laknat

hanya yang tinggi dan tersembunyi yang punya martabat

maka yang selebihnya adalah cecurut dan ular bludak

kalau yang satu mesti dikembangbiakkan dan dirawat

maka yang selainnya boleh ditembak dan disikat

demikianlah prinsip-prinsip moral para bangsat

bila usul dianggap pelecehan

bila petisi dianggap konspirasi

bila keluh kesah dianggap penghujatan

bila lembaga-lembaga negara mulai dikeramatkan

hanya satu yang harus kita lakukan: serbu dan robohkan!

kalau hakikat kedaulatan terus dimanipulasi

kalau sumber-sumber kekayaan bersama terus dipunggah dan ditimba ke luar negeri

kalau amnat sudah dikhianati berulangkali

maka hanya tinggal satu pilihan: basmi dan revolusi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun