Mohon tunggu...
Abdurrazzaq Zanky
Abdurrazzaq Zanky Mohon Tunggu... Petani - petani.

Senang membaca segala jenis buku, nulis diary, mengamati lingkungan alam dan sosial, menertawakan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Karma Nikah Sama Brondong

22 November 2024   15:14 Diperbarui: 22 November 2024   15:25 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Karma Nikah Sama Brondong

Sudah dua tahun tante Santi menjanda. Dia punya segalanya.

Body dan harta. Namun tak kunjung dapat jodoh.

Teman-temannya mulai meledek; "Ah, paling nanti juga

jadi bini kedua atau simpanan."

"Siapa bilang? Lihat saja nanti. Kalian akan iri. Aku akan kawin

sama brondong!"

"Huuu..."

Tante Santi cabut dari arisan. Ia bertekad untuk mewujudkan

impiannya. Bikin iri klub sosialita karbitan itu.

Di komplek sebelah ia punya teman akrab tempat biasa ia curhat.

Tante Santi menceritakan segala kemalangan yang menimpa.

Intinya ia merasa harus kawin secepatnya untuk menebus segala

kemalangan itu. Tante Gofran, si teman setia, merasa sangat

bersimpati. Ia tahu rasanya menjadi janda. Bukan hanya suka

diganggu lelaki iseng, tapi terutama sangat dibenci ibu-ibu pencemburu.

"Nampaknya kita akan ada jalan keluar," tante Gofran berujar perlahan

"Maksud kamu?"

"Datang aja senin depan ke sini."

"Memangnya kenapa?"

"Ah sudah. Pokoknya datang aja nanti."

"Ah, jangan bikin penasaran dong..."

Tante Gofran tidak mau mengatakan apa-apa lagi. Tante Santi pulang

dengan hati tidak enak. Penasaran juga rada dongkol sedikit.  

Tapi tiga hari kemudian dia datang juga menemui sahabat karibnya.

Tuan rumah menyambut sumringah.

"Beres lah."

"Apanya?"

"Masalah kamu."

"Apaan sih?" Tante Santi benar-benar penasaran.

Tante Gofran menceritakan bahwa satu hari sebelumnya keponakannya

dari kampung baru datang untuk mencari pekerjaan. Dia anak tunggal

dan tinggal sebatang kara. Belum duapuluh tahun. Polos dan dijamin

tidak pernah pacaran. Singkat kata anak ini mau dikawinkan, karena

bibinya bilang bahwa kawin itu adalah sejenis pekerjaan juga intinya.

Tante Santi menjerit antusias ketika sahabatnya memperlihatkan

beberapa foto anak itu. Orangnya putih tinggi dengan kumis tipis

yang mulai tumbuh. Mereka dikawinkan secara agama.

Terjadilah malam pertama.

Anak itu benar-benar polos. Dia tidak bicara kalau tidak ditanya.

Yang membuat Tante Santi agak risih adalah anak itu selalu agak

membungkuk ketika lewat di depannya. Jangan-jangan anak ini

menganggapnya sebagai majikan. Sialan juga tuh si Gofran.

Kenapa dia bilang kawin itu adalah pekerjaan. Namun jiwa

jandanya justru makin tertantang. Setelah mereka saling diam

selama setengah jam, Tante Santi tidak bisa tahan. Anak ini

memang harus diajari, batinnya. Ia mengambil tangan si brondong

dan menaruhnya di atas dada. Anak itu menarik tangannya cepat.

Seperti terkejut. Ia melirik. "Kenapa?" Bisik Tante Santi lembut.

Si brondong tidak menjawab. Matanya lurus menatap plafon kamar.

Tante Santi paham. Ia bangun. Mematikan lampu atas dan

menggantinya dengan lampu kecil di atas meja rias.

Keadaan kamar kini remang.Tapi suasana tetap kaku.

Hampir tengah malam. Belum ada terjadi sesuatu.

Tante Santi akhirnya nekat. Ia mengambil lagi tangan si brondong

dan menyelipkannya ke bagian bawah perut. Anak itu terbelalak.

Ditariknya tangan yang hampir terjerumus dosa itu lalu berbalik

menghadap tembok. Tante Santi menyabar-nyabarkan diri.

Besok ia harus konsultasi dengan si Gofran.

Pagi-pagi ia mandi layaknya pengantin baru, sementara suami

mudanya nampak masih pulas kecapean. Ia berencana

membangunkan suaminya dengan aroma kopi seperti yang

diajarkan iklan-iklan itu. Alangkah kaget ia, ketika kembali

ke kamar, bocah itu sudah lenyap tanpa bekas. Tirai jendela

 terkirai sedikit. Astaga!

Sementara si brondong telah sampai di rumah bibinya dan sedang

menjalani interogasi.

"Ada apa sih tong dengan kamu? Jangan bikin malu bibi dong!"

Anak itu diam saja sambil merengut.

"Ada apa?" Tante Gofran senyum-senyum. "Tante Santi itu

baik banget lo. Cantik, kaya, murah hati lagi. Kamu akan

bahagia sama dia. Percaya deh sama bibi. Kamu itu sangat

beruntung. Jarang lho orang dapat pekerjaan seenak itu."

Si bibi berkedip-kedip.

Tiba-tiba si ponakan mengangkat kepala. Ia sudah menahan

emosinya sejak tadi malam; "bahagia apaan maksud bibi?"

"Ya bahagia. Seneng dong sudah punya bini. Enak toh?"

"Enak  apaan bengkak-bengkak gitu?"

"Apanya yang bengkak tong?"

"Itu dada sama bawah perutnya!"

"Astagaaa....!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun