adalah salah satu loper koran tersebut. Dan beliau punya jatah satu eksemplar buat ditaruh di
perpustakaan sekolah.
Berpuluh tahun kemudian, saya menyadari bahwa buku adalah dunia tersendiri yang tak kenal
ruang dan waktu. Ia menghuni dimensi yang tidak terikat atau tunduk dengan hukum sejarah
manapun. Pemikiran, renungan, hasil-hasil seni dan sastra, tidaklah menghuni kawasan budaya
atau kurun waktu tertentu. Saya membayangkan adanya suatu koneksi universal transenden
yang menghubungkan rohani manusia dari berbagai latar geografis dan zaman, di mana setiap
orang bisa menemukan kesempatan untuk mendefinikan dirinya secara subtil dan hakiki.
Menemukan kodrat ruhaninya yang sejati. Jejak-jejak para pejalan rohani inilah yang sampai
hari ini terus terdengar gemanya dalam kepala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H