Seorang guru bahasa Inggris menangkap kenakalan baru saya. Beliau mengundang saya ke
rumah. Saya datang ke tempat kos beliau. Di sana ada sebuah rak reot penuh buku. Saya
ternganga. Beliau menjelaskan:"Ini saya dapat dari menulis dan bikin resensi."
Maka mulailah saya bertekun membuat corat-coret di buku tulis. Tapi bukan artikel atau
resensi, melainkan puisi. Selang beberapa bulan saya mengirimkan tulisan tangan itu ke
radio. Kaka penyiar dan temannya membaca dan memberi komentar. Rasanya seperti terbang
di awang-awang.
Lalu seorang teman yang belum lulus kursus mengetik menawari saya untuk membantu
mengetik naskah-naskah mengenaskan itu. Sepulang sekolah, ketika anak-anak tidur siang
sebentar, kami menyelinap ke ruang TU di lantai dua. Satu bulan kemudian dua puisi saya
muncul di sebuah koran lokal. Pak penjaga perpustakaan yang memberi tahu. Karena beliau