Konsep ikigai yang termuat dalam doa di atas tadi tidak akan berarti apa-apa jika kita tidak memahami apa tujuan hidup, lalu berjuang untuk mencapai tujuan hidup itu.Â
Orang yang tidak memahami tujuan hidup niscaya tidak akan menemukan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan. Maka, kenalilah siapa diri kita. Dari mana kita berasal dan untuk apa kita diciptakan.Â
Ada ungkapan: "Barang siapa mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya". Jika sudah mengenal Tuhan, maka akan tahulah kita, untuk apa kita diciptakan. Begitulah cara kita mengetahui alasan hidup itu.
Sebenarnya kita beruntung punya Al-Qur'an. Al-Qur'an itulah yang memberikan kita tuntunan dalam menjalani kehidupan.Â
Mereka yang mengikuti petunjunk Al-Qur'an niscaya hidupnya akan selamat dunia dan akhirat. "Wa al-salmu 'al man ittaba'a al-hud. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk", (QS. 20: 47).
Orang-orang yang berpegang kepada petunjuk Al-Qur'an tidak akan pernah kehilangan tujuan hidup. Hidupnya selalu diorientasikan dalam rangka pengabdian kepada Allah. Sebab, mereka tahu bahwa tujuannya diciptakan adalah untuk beribadah kepada Allah.Â
Sebagaimana Al-Qur'an menegaskan: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku", (QS. 51: 56).Â
Inilah core utama alasan hidup kita. Cita-cita kita harus kita ejawantahkan dalam rangka beribadah kepada Allah. Dengan demikian, perjuangan (mujahadah) kita dalam meraih cita-cita tersebut akan bernilai amal saleh di sisi Allah SWT, insya Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H