Sejatinya, sebagai seorang Muslim, sudah seharusnya kita memantulkan cahaya-cahaya keislaman itu dalam setiap peri kehidupan kita.
Islam itu rahmat, maka pemeluknya juga harus menjadi rahmat bagi kehidupan.
Islam itu ramah, maka pemeluknya juga harus ramah terhadap sesama manusia dan lingkungan, bukan marah-marah dan suka merusak.
Islam itu keselamatan, maka pemeluknya juga harus memberi keselamatan, bukan malah menjadi ancaman bahaya bagi orang lain.
Islam itu kedamaian, maka pemeluknya pun harus cinta damai, bukan malah membuat kerusuhan, apalagi menebar kebencian dan permusuhan.
Ironisnya, sesama Muslim saja masih saling bertikai dan bermusuhan. Lantas bagaimana akan menjadi rahmat dan teladan bagi semua umat manusia?
Umat terbaik sebagaimana yang disematkan Al-Qur’an kepada umat Islam hanya menjadi truth claim atas ketidakberdayaan kita dalam menampilkan keteladanan yang baik bagi kehidupan.
Semestinya klaim sebagai umat terbaik itu memacu kita untuk benar-benar menampilkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Umat terbaik harus membumi, tidak hanya mengawang-awang di atas langit.
Maka, tebarkanlah nilai-nilai keislaman itu dengan penuh hikmah, keteladanan, dan pelajaran yang baik, serta berdialoglah antar sesama manusia dengan cara yang baik pula.
Hindari cara-cara yang menyulut pertikaian dan api permusuhan. Jangan ada paksaan seperti menggunakan cara-cara kekerasan dalam mengajak orang kepada Islam.
Tugas kita hanya menyampaikan dan mengimplementasikan nilai-nilai ajaran Islam dengan baik. Adapun hidayah dan petunjuk hanya milik Allah.