Mohon tunggu...
Abdul Rokhim
Abdul Rokhim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Saya adalah seseorang yang teliti, analitis, dan terorganisir. Saya menikmati tantangan dalam memecahkan masalah dan selalu mencari cara untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam berbagai proses. Saya adalah seseorang yang memiliki minat kuat dalam dunia manajemen. Saya tertarik pada bagaimana strategi dan keputusan dalam sebuah organisasi dapat membawa dampak besar terhadap kesuksesan. Dalam keseharian, saya menikmati mempelajari konsep-konsep manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian, serta bagaimana semua ini dapat diterapkan dalam situasi nyata.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Perangkap Ekonomi Politik bagi Ekonomi Indonesia

22 Agustus 2024   19:44 Diperbarui: 22 Agustus 2024   19:49 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dominasi Kelompok Kepentingan dalam Pengambilan Kebijakan

Selain masalah konsentrasi kekuasaan, Indonesia juga dihadapkan pada isu dominasi kelompok kepentingan tertentu dalam proses pengambilan kebijakan publik. Kelompok-kelompok ini, yang seringkali terkait erat dengan elit ekonomi-politik, berupaya untuk mempengaruhi dan memanfaatkan kebijakan demi kepentingan mereka sendiri (Mietzner, 2012).

Contohnya, dalam sektor ekstraktif seperti pertambangan dan perkebunan, perusahaan-perusahaan besar yang memiliki koneksi politik kuat cenderung mendapatkan perlakuan istimewa dalam perizinan dan regulasi, bahkan pada beberapa kasus mengabaikan kepentingan masyarakat lokal (Aspinall, 2013). Fenomena ini dapat menyebabkan ketimpangan ekonomi, konflik sosial, dan degradasi lingkungan yang pada akhirnya merugikan masyarakat luas.

Dominasi kelompok kepentingan dalam pengambilan kebijakan juga dapat ditemukan di sektor-sektor lain, seperti regulasi perbankan, perpajakan, dan penetapan tarif publik. Kondisi ini menunjukkan bahwa proses demokrasi di Indonesia belum sepenuhnya berjalan secara terbuka dan responsif terhadap kepentingan rakyat.

Kelemahan Sistem Checks and Balances

Salah satu pilar penting dalam demokrasi adalah adanya sistem checks and balances yang efektif antara cabang-cabang kekuasaan (eksekutif, legislatif, dan yudikatif) serta antara pemerintah dan masyarakat. Namun, di Indonesia, sistem ini masih belum berfungsi secara optimal.

Misalnya, hubungan antara eksekutif dan legislatif masih diwarnai oleh tarik-menarik kepentingan, sehingga pengawasan legislatif terhadap kinerja pemerintah kerap kali tidak berjalan efektif. Selain itu, lembaga peradilan juga masih rentan terhadap intervensi kekuatan politik dan ekonomi, yang dapat mempengaruhi independensi dan integritas penegakan hukum (Mietzner, 2012).

Pada level masyarakat, partisipasi dan kontrol publik dalam proses pembuatan kebijakan juga masih terbatas. Keterbatasan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti rendahnya literasi politik, minimnya akses informasi, serta dominasi kelompok-kelompok kepentingan tertentu dalam memengaruhi opini publik.

Lemahnya sistem checks and balances ini membuka peluang bagi penyalahgunaan kekuasaan oleh para aktor politik dan ekonomi, yang pada akhirnya dapat merugikan kepentingan rakyat dan menggerus sendi-sendi demokrasi.

4. KESIMPULAN 

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perangkap ekonomi politik merupakan tantangan serius bagi konsolidasi demokrasi di Indonesia. Beberapa isu utama yang menjadi perhatian adalah:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun