Berhari-hari berita TV ,koran dan internet dijejali berita tentang dagelan wayang orang "anggodo
dadi rojo " dan antasari harus masuk bui bahkan dituntut mati.Sedikit demi sedikit para pendukung wayang acara mulai "nyadar"
dan berkata apa adanya. Karena di negeri ini kebenaran barang langka, mangkanya semua
masyarakat infotainment seperti mendapat sumber berita yg paling menarik.Siang malam, siaran langsung
maupun tunda tidak bosan-bosannya menghampiri pemirsanya.
Boleh jadi banyak manusia tersentak atau ketawa sinis.Para pejabat republik ini rela
menggadaikan jabatannya demi sedikit kenikmatan duniawi seperti mercy,tumpukan dollar atau
malah cuma sekedar pijat atau duren, padahal begitu berat sumpah jabatan saat dilantik dulu.
Demi Tuhan....., saya tidak akan menerima sumbangan langsung maupun tidak langsung......
Dengan kitab suci diangkat diatas kepala calon penjabat.
Para penegak hukum dengan sadar berbaku hantam antar penegak hukum gara2 dendam,
sogokan atau pertemanan dengan makelar kasus atawa makelar jabatan.
Mereka membaca kitab suci, tetapi kitab suci itu mengutuk dan melaknatinya.
Apakah kita rela sebagai manusia pembawa amanah dibumi sebagai pemegang
mandat hatinya burex kaya kaca riben yg tak memantulkan cahaya apa -apa?
Apakah kita rela .....
Hati segelap lautan yg tiada tertembus sinar matahari ?
Kesahduan dan kerelaan kita dari jiwa ruh terdalam mengakui adanya Tuhan di Zaman Azali,
Kemana nurani ini.....
Kemana nama Tuhan yg seharusnya mengisi relung hati paling dalam malah loncat entah kemana ?
Bakteri-bakteri setani menyusup kehati lewat nafsu. kesombongan, keangkuhan, kebohongan, kedengkian dan ..dan ego
Mari kita reset saudara-saudaraku...
Untuk apa jabatan gemilang namun hati gelap ?
Apakah layak cahaya Tuhan menghampiri hati seperti ini?
Apakah layak hati seperti ini menempati Illiyyin?
Tuhan tidak bisa dipahami tanpa pengetahuan
Mereka yg Tuhan pilih akan memandunya dengan Cahaya
Dengan berbagai peristiwa yg ada, siapkah kita menerima Cahaya?
Mari dengan hati yg ikhlas kita niatkan upaya kita
mencari pemandu universal kita untuk sampai kepadaNya
Selama ada Nafs Ammarah (diri yang menuntut), Cahaya dari kata suci apapun tak dapat
berakar di hati (qalb), bahkan meskipun hafal dengan kata-kata tersebut, hanya sekedar
seperti beo. Ketika diri menjadi Nafs Muthmainnah (diri yang tenang), segala sesuatu
yang tidak suci tidak dapat tinggal di dalam dirinya, dan kemudian dia diterangi.
Akankah kita menuju kesana?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H