Mohon tunggu...
abdul jamil
abdul jamil Mohon Tunggu... Mahasiswa - selalu belajar

Tukang Ketik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keluarga Teladan dan Ibadah Kurban

28 Juni 2023   07:00 Diperbarui: 4 Juli 2023   02:19 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Khatib Sholat Id 1444 H di Masjid Al Firdaus Komp Palangka Permai Kota Palangka Raya (29/06/2023)

Ibadah qurban adalah sebuah perintah yang diemban oleh umat Muslim yang memiliki kemampuan dalam menunaikannya. Praktik ini dilakukan pada hari raya Idul Adha atau ketika pelaksanaan ibadah haji pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. 

Asal usul kata "qurban" berasal dari "qurbanan" yang mengandung makna "kedekatan". Ibadah qurban ini melibatkan penyembelihan hewan ternak seperti sapi, kambing, atau domba, yang kemudian dagingnya dibagikan kepada mereka yang membutuhkan sebagai bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sejarah qurban bermula dari kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS yang memiliki makna mendalam bagi keluarga Muslim. Nabi Ibrahim AS diberi kabar gembira bahwa ia akan memiliki seorang anak yang sabar, yaitu Nabi Ismail AS, yang lahir dari Siti Hajar. 

Allah SWT menguji keteguhan Nabi Ibrahim dengan perintah untuk menyembelih putranya yang tercinta. Dalam peristiwa ini, baik Nabi Ibrahim maupun Nabi Ismail menunjukkan keteguhan, ketaatan, dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah Allah SWT. 

Namun, pada saat pisau hendak menyentuh leher Nabi Ismail, Allah SWT menggantikannya dengan seekor domba sebagai pengganti. Kisah ini terekam dalam Al-Qur'an surat Ash Shaaffaat, tepatnya pada ayat 102-107. Dalam Q.S Ash Shaaffat, tersebut Allah S.W.T berfirman:

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” 

Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” 

Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”. (Q.S. Ash Shaffat/37: 102-107)

Dalam konteks turunnya ayat diataslah muncul Syari’at dalam Islam tentang ibadah kurban. Ibadah qurban ini bukan hanya mengandung makna ibadah semata, tetapi juga memiliki dimensi sosial yang penting. 

Kisah keluarga Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar memberikan teladan yang berharga bagi umat manusia. Di antara teladan yang dapat diambil dari peristiwa tersebut adalah:

1. Nabi Ibrahim AS, sebagai kepala keluarga dan pemimpin,
Nabi Ibrahim AS adalah sosok yang sangat dihormati dan dijadikan teladan oleh umat Islam. 

Beliau dikenal sebagai Bapak Para Nabi dan memiliki banyak kisah inspiratif, salah satunya adalah kisah peristiwa qurban yang melibatkan putranya, Nabi Ismail. 

Sebagai seorang ayah, Nabi Ibrahim AS memberikan banyak teladan bagi kita dalam mendidik anak-anak. Berikut adalah beberapa teladan dari Nabi Ibrahim AS sebagai ayah dalam peristiwa qurban:

Pertama, Nabi Ibrahim AS menunjukkan semangat yang tinggi dalam mencari kebenaran. Ia senantiasa berjuang untuk menemukan kebenaran dan mempertahankan keyakinannya, bahkan jika itu berarti harus melawan anggota keluarganya sendiri. 

Semangat yang tinggi untuk mencari kebenaran dalam kehidupan menjadi hal yang sangat penting dan dapat diambil contoh dari sikap Nabi Ibrahim AS.

Kedua, Nabi Ibrahim AS menunjukkan kepasrahan total kepada Allah SWT. Ia menunjukkan kepatuhan yang mutlak kepada Allah SWT saat diperintahkan untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail. 

Meskipun Nabi Ibrahim AS sangat mencintai putranya, ia tetap taat pada perintah Allah SWT dan menunjukkan kepatuhan yang total dalam menjalankan perintah tersebut. Kepasrahan yang diperlihatkan oleh Nabi Ibrahim AS memberikan contoh penting tentang kesetiaan dan ketaatan kepada Allah SWT.

Ketiga, Nabi Ibrahim AS mendidik anak-anaknya melalui doa dan kesabaran. Ia selalu melakukan ritual doa dalam mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang saleh. 

Selain itu, Nabi Ibrahim AS juga menunjukkan kesabaran yang tinggi dalam mendidik anak-anaknya, seperti ketika mengajarkan Nabi Ismail tentang pentingnya ketaatan kepada Allah SWT. 

Pendekatan yang menggunakan doa dan kesabaran dalam mendidik anak-anak merupakan teladan yang berharga dari Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS memberikan teladan yang luar biasa dalam mendidik anak-anak. Dia memiliki semangat yang tinggi dalam mencari kebenaran dan tidak ragu untuk melawan keluarganya sendiri demi mempertahankan keyakinannya. 

Keputusannya untuk taat kepada perintah Allah SWT dalam menyembelih putranya yang tercinta, Nabi Ismail, menunjukkan akan kepasrahan yang total dan ketaatan yang sempurna kepada Allah SWT.

2. Nabi Ismail, sebagai seorang anak yang soleh

Nabi Ismail AS dikenal sebagai anak yang soleh, karena sikapnya yang taat dan patuh kepada Allah SWT serta berbakti kepada orang tua. Salah satu kisah yang menggambarkan kepatuhan Nabi Ismail AS adalah peristiwa qurban. 

Meskipun merasa sedih dan takut, Nabi Ismail AS dengan rela hati bersedia mengorbankan dirinya sendiri sebagai bentuk ketaatannya pada Allah SWT, sesuai dengan perintah yang Allah SWT berikan kepada ayahnya dalam mimpi.

Namun, Allah SWT dengan kemurahan-Nya menggantikan Nabi Ismail AS dengan seekor domba gemuk yang berasal dari surga, sebagai pengganti penyembelihannya. 

Dengan demikian, Nabi Ismail AS dan Nabi Ibrahim berhasil melewati ujian tersebut. Peristiwa ini memberikan pelajaran bahwa Allah SWT menguji keimanan dan ketaatan manusia, serta akan memberikan pengganti yang lebih baik bagi mereka yang taat dan patuh kepada-Nya.

Sikap taat dan patuh Nabi Ismail AS dalam peristiwa qurban ini dapat dijadikan teladan bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah qurban dan juga dalam kehidupan sehari-hari. 

Dengan menjadi taat dan patuh kepada Allah SWT serta berbakti kepada orang tua, kita dapat meningkatkan kualitas sebagai hamba yang lebih baik dan meraih keberkahan dari-Nya.

3. Siti Hajar sebagai sosok Istri yang Taat dan Sabar

Siti Hajar adalah sosok yang pantas dijadikan contoh dalam peristiwa qurban. Meskipun tidak banyak disebutkan dalam Alquran, kisah Siti Hajar sebagai istri Nabi Ibrahim dan ibu dari Nabi Ismail menyimpan pesan yang mendalam mengenai ketabahan dan ketaatan seorang ibu dalam menjalankan perintah Tuhannya. 

Teladan yang ditunjukkan oleh Siti Hajar dalam peristiwa qurban terlihat melalui beberapa hal berikut:

Pertama, Kesabaran dan Tawakal. 

Siti Hajar menunjukkan kesabaran dan tawakal dalam menghadapi cobaan yang sangat sulit, yaitu ditinggalkan di sebuah lembah yang tandus dan gersang oleh Nabi Ibrahim atas perintah Allah SWT. Dia menerima keadaan tersebut dengan lapang dada dan percaya bahwa Allah SWT akan memberikan pertolongan.

Kedua, Kasih Sayang dan Cinta

Siti Hajar menunjukkan kasih sayang dan kecintaan yang besar kepada putranya, Nabi Ismail. Meskipun dengan berat hati, dia memeluk anaknya sebelum akhirnya diperintahkan oleh Allah SWT untuk melepaskannya sebagai kurban. Tindakan ini menunjukkan keikhlasan dan kesetiaan dalam menjalankan perintah-Nya.

Ketiga, Keimanan dan Keikhlasan

Siti Hajar menunjukkan keimanan yang teguh dan keikhlasan dalam menghadapi ujian yang diberikan oleh Allah SWT. Dia tidak pernah meragukan keadilan dan hikmah di balik setiap cobaan yang dihadapinya.

Keempat, Tawakal dan Kesabaran

Siti Hajar menjadi contoh tentang pentingnya tawakal dan kesabaran dalam menjalani kehidupan. Meskipun dalam keadaan sulit dan terbatas, dia tetap berserah diri kepada kehendak Allah SWT dengan penuh kepasrahan.

Kelima, Sosok Ibu yang Patuh dan Taat

 Siti Hajar merupakan ibu yang patuh dan taat dalam melaksanakan perintah Allah SWT. Dia menunjukkan ketaatan yang tinggi dan menjadikan Allah SWT sebagai pusat kehidupannya.

Keenam, Mandiri dan Pekerja Keras

Siti Hajar adalah sosok yang mandiri dan selalu berusaha dengan sungguh-sungguh. Dia berlari dari bukit Shafa ke Marwah untuk mencari air hingga tujuh kali ketika ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim di Mekah bersama Nabi Ismail. Tindakan ini menunjukkan ketekunan dan keberanian dalam menghadapi situasi yang sulit.

Terakhir atau ketujuh, Sabar dan Tawakal dalam kondisi kekurangan

Siti Hajar tetap sabar dan tawakal meskipun merasa haus dan lapar. Akhirnya, dia mendapatkan sumber air di dekat kaki Nabi Ismail yang membuatnya merasa bahagia dan berseru, "Zamzam!"

Secara keseluruhan, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar telah meninggalkan warisan teladan yang tak ternilai dalam peristiwa qurban. Kisah mereka menggambarkan ketulusan kepatuhan, kesetiaan, ketabahan, dan kepercayaan yang teguh kepada Allah SWT. 

Melalui perjuangan mereka, mereka menunjukkan kesediaan untuk mengorbankan anak yang paling dicintai dalam rangka menaati perintah-Nya. Nabi Ibrahim, dengan keyakinan yang kokoh, bersedia mengurbankan putranya Nabi Ismail, 

sedangkan Nabi Ismail menunjukkan ketaatan dan kesabaran yang luar biasa ketika ia pasrah untuk dikurbankan.  Begitujuga Siti Hajar, sebagai ibu yang penuh ketabahan, menghadapi cobaan di padang pasir dengan kepercayaan yang tidak tergoyahkan pada Allah SWT.

Kisah peristiwa qurban ini memberikan pengajaran penting bagi umat Muslim. Ia mengingatkan kita akan nilai-nilai seperti kesediaan berkorban, ketaatan yang teguh, ketabahan dalam menghadapi cobaan, dan kepercayaan yang mutlak kepada Allah SWT. 

Dalam mengikuti jejak Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar, kita diajak untuk menjalani hidup dengan tekad yang kuat untuk mematuhi perintah-Nya dan menjaga hubungan yang erat dengan-Nya. 

Dengan meneladani mereka, kita dapat memperkuat iman dan menemukan kebahagiaan hakiki yang terletak dalam kepatuhan dan kepercayaan kepada Sang Pencipta. (Palangka Raya, 29 Juni 2023).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun