Dalam Surah Al-Ma’arij ayat 19 dijelaskan bahwasannya terdapat beberapa sifat yang alami dari manusia yang menjadi dasar dari semua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia itu sendiri, yaitu:
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا
Artinya: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” (Q.S. Al-Ma’arij ayat 19).
Sifat tamak dalam diri manusia membuat manusia itu sangat mudah berkeluh kesah, tidak sabar, dan gelisah dalam perjuangan mendapatkan kekayaan. Dengan begitu, maka akan memacu manusia untuk melakukan kegiatan yang produktif. Manusia akan giat untuk memuaskan kebutuhannya yang terus bertambah, sehingga berakibat kepada manusia yang cenderung melakukan kerusakan (mafsadat) di muka bumi ini. Dari sifat dasar manusia yang tamak itu pula menyebabkan manusia memiliki dorongan yang kuat dan bimbingan serta arahan yang benar dan selalu berusaha agar menjadikan manusia kembali memiliki sifat-sifat mulia atau baik. Kemajuan yang dicapai oleh manusia akan terus berlanjut sepanjang mereka terus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Daya cipta yang tinggi akan terus menghasilkan produk-produk baru dan metode atau serta teknik produksi yang makin bagus dan sempurna, sehingga mampu menjaga taraf hidup manusia seiring dengan perubahan zaman. Sifat-sifat dasar manusia dijelaskan oleh Allah dalam Surah yang lain, yaitu:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga).” (Q.S. Al-Imran ayat 14).
Keinginan dari manusia yang tidak terbatas agar selalu dipenuhi dan memuaskan keinginan semakin lama akan semakin tinggi. Karena itu jika tidak terdapat arahan dari segi moral dan rohani yang baik, hal itu akan mendorong dan memaksa manusia melakukan kerusakan di muka bumi, seperti yang terjadi saat ini. Al-Qur’an memberikan pandangan hidup yang seimbang. Di satu sisi Islam membantu pertumbuhan yang sehat dan baik bagi masyarakat. Di sisi lainnya Islam juga memberikan rangsangan terhadap adanya aktivitas yang produktif. Karena itu Islam membuka seluas-luasnya kesempatan bagi riset dan penelitian yang sekiranya dapat meningkatkan kesejahteraan manusia di muka bumi ini. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «لَأَنْ يَغْدُوَ أَحَدُكُمْ، فَيَحْطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ، فَيَتَصَدَّقَ بِهِ وَيَسْتَغْنِيَ بِهِ مِنَ النَّاسِ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ رَجُلًا، أَعْطَاهُ(أَوْ مَنَعَهُ ذَلِكَ، فَإِنَّ الْيَدَ الْعُلْيَا أَفْضَلُ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ»(رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Artinya: "Dari Abu Hurairah R.A. berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: hendaklah seseorang di antara kalian berangkat pagi-pagi sekali mencari kayu bakar, lalu bersedekah dengannya dan menjaga diri (tidak minta-minta) dari manusia lebih baik daripada meminta kepada seseorang baik diberi ataupun tidak. Tangan di atas lebih baik daripada tangan dibawah. Mulailah (memberi) kepada orang yang menjadi tanggung jawabmu." (H.R. Muslim).
Dari hadits tersebut menunjukkan bahwa manusia dianjurkan untuk selalu berusaha dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang salah satunya dengan cara berproduksi. Produksi secara sederhana adalah menciptakan manfaat dan bukan menciptakan materi. Maksudnya adalah bahwa manusia mengolah materi bahan yang mentah untuk mencukupi berbagai kebutuhannya, sehingga materi itu mempunyai kemanfaatan dan berguna untuk kemaslahatan ummat. Yang dimaksud dengan “memproduksi” yang bisa dilakukan manusia tidak sampai pada merubah substansi atau bentuk asli benda. Yang dapat dilakukan manusia dalam proses produksi adalah berkisar pada misalnya mengambilnya dari tempat yang asli dan mengeluarkannya atau mengeksploitasinya (ekstraktif). Setelah proses produksi selesai, maka akan dilakukan pemindahan dari tempat yang tidak membutuhkan ke tempat yang membutuhkannya atau dapat juga menjaganya dengan cara menyimpan agar bisa dimanfaatkan di masa yang akan datang (dengan maksud bukan untuk menimbunnya) atau mengolahnya dengan memasukkan bahan-bahan pembuat tertentu, menutupi kebutuhan tertentu, atau mengubahnya dari satu bentuk menjadi bentuk yang lainnya sesuai dengan keinginan kita, dengan melakukan sterilisasi, pemintalan, pengukiran, atau penggilingan, dan lain sebagainya. Hal itu semua hanya membuat kita mengubah kondisi materi, sehingga pada kondisi yang barupun substansinya (unsur aslinya) tetap tidak berubah.
Prinsip fundamental atau yang mendasar yang harus selalu diperhatikan dalam proses produksi adalah prinsip kesejahteraan ekonomi. Bahkan dalam sistem ekonomi yang kapitalisterdapat himbauan untuk memproduksi barang dan jasa yang didasarkan atas asas kesejahteraan ekonomi masyarakat pada umumnya. Keunikan dari konsep Islam mengenai kesejahteraan ekonomi terletak pada kenyataan atau realitas bahwa hal itu tidak dapat mengabaikan pertimbangan kesejahteraan umum yang lebih luas dan yang menyangkut persoalan-persoalan moral, pendidikan, agama, dan banyak hal lainnya yang lebih luas unsur kehidupannya. Dalam ilmu ekonomi modern, kesejahteraan ekonomi diukur dari segi “uang”.