Mohon tunggu...
Abdul Hakim
Abdul Hakim Mohon Tunggu... -

Mahasiswa IAIN Jember Jurusan Ekonomi Syariah | Jangan Pernah Menyerah dan Selalu Jalani Hidup dengan Semangat dan Penuh Keikhlasan

Selanjutnya

Tutup

Money

Seorang Muslim Haruslah Produktif demi Kesejahteraan Umat

13 Oktober 2016   06:50 Diperbarui: 13 Oktober 2016   10:42 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam  Surah  Al-Ma’arij ayat 19 dijelaskan bahwasannya terdapat  beberapa  sifat yang alami dari  manusia  yang menjadi dasar dari semua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh manusia itu sendiri, yaitu:

إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا

Artinya: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” (Q.S. Al-Ma’arij ayat 19).

Sifat  tamak dalam diri  manusia  membuat  manusia itu sangat mudah  berkeluh  kesah,  tidak  sabar,  dan gelisah  dalam  perjuangan  mendapatkan  kekayaan. Dengan  begitu, maka  akan  memacu manusia  untuk  melakukan  kegiatan  yang  produktif.  Manusia  akan  giat  untuk memuaskan kebutuhannya yang terus bertambah, sehingga berakibat kepada manusia yang cenderung melakukan  kerusakan (mafsadat)  di muka  bumi ini. Dari  sifat  dasar manusia yang  tamak  itu  pula  menyebabkan  manusia  memiliki  dorongan  yang  kuat  dan bimbingan serta arahan yang benar dan selalu berusaha agar menjadikan manusia kembali memiliki sifat-sifat mulia atau baik. Kemajuan yang dicapai oleh manusia akan terus berlanjut sepanjang mereka terus berjuang untuk memenuhi  kebutuhan hidupnya. Daya  cipta yang  tinggi  akan  terus menghasilkan produk-produk baru dan metode atau serta teknik produksi yang makin bagus dan sempurna, sehingga mampu menjaga taraf hidup manusia seiring dengan perubahan zaman. Sifat-sifat dasar manusia dijelaskan oleh Allah dalam Surah yang lain, yaitu:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang  diinginkan, yaitu: wanita-wanita,  anak-anak,  harta  yang  banyak  dari  jenis  emas dan perak, kuda pilihan, binatang-binatang  ternak, dan sawah  ladang.  Itulah  kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga).” (Q.S. Al-Imran ayat 14).

Keinginan dari manusia yang tidak terbatas agar selalu dipenuhi dan memuaskan keinginan semakin lama akan semakin tinggi. Karena itu jika tidak terdapat arahan dari segi moral dan rohani yang baik, hal itu akan mendorong dan memaksa  manusia  melakukan  kerusakan  di  muka  bumi, seperti yang terjadi saat ini. Al-Qur’an memberikan  pandangan  hidup  yang  seimbang. Di  satu  sisi  Islam membantu pertumbuhan yang sehat dan baik  bagi  masyarakat.  Di  sisi  lainnya  Islam juga memberikan  rangsangan  terhadap adanya aktivitas yang produktif. Karena itu Islam membuka seluas-luasnya kesempatan bagi riset dan penelitian yang sekiranya dapat meningkatkan kesejahteraan manusia di muka bumi ini. Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «لَأَنْ يَغْدُوَ أَحَدُكُمْ، فَيَحْطِبَ عَلَى ظَهْرِهِ، فَيَتَصَدَّقَ بِهِ وَيَسْتَغْنِيَ بِهِ مِنَ النَّاسِ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ رَجُلًا، أَعْطَاهُ(أَوْ مَنَعَهُ ذَلِكَ، فَإِنَّ الْيَدَ الْعُلْيَا أَفْضَلُ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ»(رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Artinya: "Dari Abu Hurairah R.A. berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: hendaklah seseorang di antara kalian berangkat pagi-pagi sekali mencari kayu bakar, lalu bersedekah dengannya dan menjaga diri (tidak minta-minta) dari manusia lebih baik daripada meminta kepada seseorang baik diberi ataupun tidak. Tangan di atas lebih baik daripada tangan dibawah. Mulailah (memberi) kepada orang yang menjadi tanggung jawabmu." (H.R. Muslim).

Dari hadits tersebut menunjukkan  bahwa manusia dianjurkan untuk selalu berusaha dalam memenuhi  kebutuhan  hidupnya yang  salah satunya dengan cara berproduksi. Produksi secara sederhana adalah menciptakan manfaat dan bukan  menciptakan  materi. Maksudnya adalah bahwa manusia mengolah materi bahan yang mentah untuk mencukupi berbagai kebutuhannya, sehingga materi itu mempunyai kemanfaatan dan berguna untuk kemaslahatan ummat. Yang dimaksud dengan “memproduksi” yang bisa dilakukan manusia tidak  sampai  pada  merubah  substansi atau bentuk asli benda. Yang dapat dilakukan manusia dalam proses produksi adalah berkisar pada misalnya mengambilnya dari tempat yang asli dan mengeluarkannya atau mengeksploitasinya (ekstraktif).  Setelah proses produksi selesai, maka akan dilakukan pemindahan dari tempat yang tidak membutuhkan ke tempat yang membutuhkannya atau dapat juga menjaganya dengan cara menyimpan agar bisa dimanfaatkan di masa yang akan datang (dengan maksud bukan untuk menimbunnya) atau mengolahnya dengan  memasukkan  bahan-bahan pembuat tertentu, menutupi kebutuhan  tertentu, atau mengubahnya dari satu bentuk menjadi bentuk yang lainnya sesuai dengan keinginan kita, dengan  melakukan sterilisasi,  pemintalan,  pengukiran, atau penggilingan,  dan lain  sebagainya. Hal  itu semua hanya membuat kita mengubah kondisi materi,  sehingga  pada  kondisi  yang  barupun substansinya (unsur aslinya) tetap tidak berubah.

Prinsip fundamental atau yang mendasar yang harus selalu diperhatikan dalam proses produksi adalah prinsip kesejahteraan ekonomi. Bahkan dalam sistem ekonomi yang kapitalisterdapat himbauan untuk memproduksi barang dan jasa yang didasarkan atas asas  kesejahteraan ekonomi masyarakat pada umumnya. Keunikan dari konsep Islam mengenai  kesejahteraan ekonomi terletak pada kenyataan atau realitas bahwa hal itu tidak dapat mengabaikan pertimbangan kesejahteraan umum yang lebih  luas dan yang menyangkut  persoalan-persoalan moral,  pendidikan,  agama, dan  banyak  hal lainnya yang lebih luas unsur kehidupannya. Dalam ilmu ekonomi modern, kesejahteraan  ekonomi  diukur dari segi  “uang”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun