Target sasaran Paslon 3 terdiri dari beberapa kelompok pemilih kunci:
Pemilih Muda    : Generasi milenial dan Z yang aktif di media sosial merupakan audiens utama bagi kampanye ini. Dengan pendekatan yang lebih informal dan berbasis visual, Paslon 3 dapat dengan mudah menarik perhatian mereka dengan konten yang relevan dan mudah dibagikan.
Warga Kota Bekasi secara Umum     : Paslon 3 juga menargetkan warga Kota Bekasi secara keseluruhan, dengan pesan yang lebih luas mengenai pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas pendidikan, dan kebijakan yang berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat.
Pesan/Program Unggulan yang ditawarkan Paslon 3 kepada Khalayak
Program unggulan Paslon 3 yang disampaikan melalui Instagram berfokus pada isu-isu seperti pembangunan infrastruktur yang lebih baik, pemanfaatan teknologi dalam pemerintahan, dan peningkatan layanan publik. Program-program ini disampaikan dengan cara yang menarik dan mudah dipahami melalui konten visual, seperti infografis, video singkat, dan foto-foto dokumentasi lapangan.
Media yang digunakan (media luring/new media) untuk melakukan kampanye Paslon 3
Paslon 3 menggunakan campuran antara beberapa media sosial yang utamanya Instagram dan Tiktok dan media konvensional seperti baliho dan spanduk. Namun, media sosial menjadi platform utama yang dimanfaatkan untuk membangun hubungan langsung dengan pemilih dan menyampaikan pesan kampanye secara lebih personal.
Simpulan dan Saran
Kampanye pasangan Tri Ardhianto dan Harris Bobihoe melalui Instagram menunjukkan strategi yang efektif dalam membangun hubungan dan meningkatkan persepsi positif di masyarakat. Interaksi langsung, konten yang relatable, serta visualisasi program yang menarik membuat warga merasa dekat dengan kandidat. Namun, saran perbaikan dapat diberikan pada aspek interaksi di akun Harris Bobihoe dan peningkatan jumlah konten interaktif di akun-akun tim kampanye lainnya agar lebih menarik bagi pemilih muda. Keberhasilan Paslon 3 dalam memanfaatkan Instagram tidak terlepas dari penggunaan konten visual yang menarik, seperti foto, video, dan infografis yang menggambarkan kegiatan keseharian, prestasi, serta program kerja mereka. Interaksi langsung dengan pemilih melalui fitur-fitur Instagram seperti komentar dan Instagram Live juga memperkuat hubungan emosional dengan masyarakat. Namun, masih ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi, seperti rendahnya interaksi di beberapa akun, khususnya akun Harris Bobihoe, dan kurang optimalnya segmentasi audiens untuk menjangkau pemilih yang lebih tua atau yang kurang aktif di media sosial. Selain itu, meskipun Instagram menjadi platform utama, masih diperlukan diversifikasi media kampanye untuk menjangkau audiens yang lebih luas, termasuk pemilih yang tidak aktif di media sosial.
Peluang besar masih terbuka bagi Paslon 3 untuk lebih mengoptimalkan kampanye digital mereka, terutama dengan menggandeng influencer lokal atau memperkuat interaksi di akun-akun yang dikelola tim kampanye. Paslon 3 juga perlu terus memantau dan merespons dinamika kampanye dengan cepat untuk mengatasi tantangan yang muncul pasca pilkada berlangsung, seperti isu negatif atau serangan dari pihak lawan. Secara keseluruhan, penggunaan media sosial, khususnya Instagram, menjadi alat yang sangat efektif untuk membangun branding politik, memperkenalkan program kerja, dan meningkatkan kedekatan antara kandidat dan pemilih. Dengan strategi yang lebih terfokus pada interaksi dan konsistensi pesan, Paslon 3 memiliki potensi besar untuk memperkuat citra mereka dan memenangkan hati pemilih Kota Bekasi, baik saat Pilkada maupun setelahnya.
Daftar Pustaka/Referensi