Kami berdua sebenarnya adalah pasangan roda dari motor si pemuda biasa yang aku ceritakan sebelummya. Yup, si Didin. Itulah mengapa kami tahu seluk-beluk tentangnya, dari riwayat hidup, perawakan, karir, bahkan sampai kisah percintaan dia.
Terutama nih kisah asmara. Kami berdua sebetulnya heran, kok ada cewek secantik mbak Lala, mau sama si Didin.
"Elo doang yang heran, gue mah kagak," sahut Rolang dengan lantang.
"Apa sih, Yang, aneh banget tiba-tiba ngamuk. Tunggu aku selesain ceritanya dong," balasku pelan.
Maksudku nih, sesosok pemuda pendek, gelap, tidak pinter, biasa aja, dan hanya berprofesi sebagai ojek, bisa dapat cewek semapan dan seayu mbak Lala. Kalau aku pernah dengar saran, cari pasangan itu yang sekufu. Dunia memang terkadang tidak adil untuk sosok-sosok tertentu.
"Ya emang bener, dan ketidakadilan itu ada pada diri gue sekarang ini. Emang Tuhan nggak adil sama gue," teriak Rolang nimbrung.
Biarkan saja dia mengoceh. Aku sudah biasa dengan kicauan tersebut. Bahkan dalam sehari, sempat kuhitung ocehan itu hingga 1000 kali. Apalagi satu ucapan dia yang seperti in-i........
"....udah lah, kita nggak akan pernah menyatu hey Ropan," sambung Rolang dengan kasar, yang terjadi secara insidental.
Nah, kalimat itu maksudku. Akhirnya keluar juga kan dari dia sendiri tanpa harus aku yang menjelaskan ke kalian. Bahkan cuma sehari saja , telingaku tak pernah lepas dari suara memuakkan itu. 'Tak kan pernah nyatu?' Apaan coba.
Aku yang sabar, senantiasa mempertahankan dan menjaga hubungan, namun dia selalu mengulang dan mengulang. Bayangkan saja, bila kalian mencoba bertahan sebaik mungkin, namun pasangan kalian kekeuh untuk mengakhiri? Bayangkan saja dulu!
Broommmm, brooommm, broommmm
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!