"Mama, Delisha takut dimarahi ibu guru, kalau pakai seragam yang lain. Ibu guru Amel kan, galak orangnya"
"Delisha, berangkat saja. Nanti kalau kamu dimarahi, tinggal Delisha ceritakan saja kejadian" perintahnya dengan posisi memeluk Delisha begitu erat "atau biar ibu berikan penjelasan ke ibu guru Amel" tambahnya memberikan saran
"Tak usah, Ma. Nanti Delisha saja yang bicara dengan ibu guru"
Dengan wajah yang penuh dengan lipatan kecewa, Delisha terpaksa memakai baju pramuka dengan stelan rok berwarna maron. Dia berangkat ke sekolah dengan langkah gontai. Ada perasaan kecewa, bercampur takut yang tersirat dari kedua bola matanya. Ibunya juga tak kalah kecewa, begitu sakit di melihat kesedihan di mata anak sematang wayangnya itu.
------"-------
Sehari sebelum itu, seorang perempuan berumur 40 tahun, dengan begitu hati-hati berjalan menuju tempat jemuran milik keluarga Delisha. Sesekali, dia celingak celinguk memperhatikan sekitar. Takut sekali, pergerakannya diketahui oleh orang lain. Setelah memastikan keadaan aman, dia ambil baju sekolah berwarna putih milik Delisha. Ia sembunyikan, di balik daster warna hijau dengan motif harimau yang dikenakannya.Â
Perempuan itu bernama Saloha, ia merupakan adik kandung dari ayah Delisha. Rumahnya berada di samping kiri rumah Delisha. Saloha memiliki watak iri. Ia tidak suka melihat Delisha sekolah. Ia ingin keponakan itu, membantu kakaknya di sawah.Â
Buat apa, perempuan sekolah tinggi-tinggi, toh, kembalinya cuma pada tiga tempat, kalau tak dapur, kasur, kalau bukan pada dua-duanya, ya, sumur. Ia juga tak ingin Delisha besar nanti menjadi orang yang sukses. Saloha hanya ingin Delisha menjadi anak-anak kampung pada umunya, tidak bersekolah dan tak paham arti ilmu pengetahuan.
Baju itu di bawa pulang oleh Soleha ke rumahnya. Ia sembunyikan dalam sebuah drum besar. Tempat di mana biasanya Soleha menyimpan pisang.
------"-----
"Nak, ini bajumu yang hilang itu" serunya sambil memyerahkan baju berwarna putih itu kepada anaknya