Dua orang manusia itu sekarang larut dalam kesibukan mereka, menikmati menu sederhana dengan cara yang mewah, bersyukur. Setiap permasalahan kehidupan tak akan meninggalkan jejak hikmah, jika rasa syukur tak dihidupkan dalam kesempitan-kesempitannya.
Kalau dunia diibaratkan sepeda, maka kehidupan adalah rodanya. Sebagaimana sebuah roda, maka semua memiliki masanya, ada saatnya di bawah, di mana cobaan dan kesulitan hidup mengambil bagian. Namun, ada juga waktunya di atas, momen bahagia, ketercukupan dalam hal menghampiri.
Kehidupan adalah pergantian, dari sulit menjadi mudah, dari mudah berubah sulit. Sama seperti perputaran pagi ke siang, siang ke malam, malam ke pagi, dan begitu seterusnya.
-----"--------
"Del, cepat bangun. Katanya hari ini upacara bendera" teriak mama Delisha di sebuah ruangan kecil yang bernama sancaka.
"Iya, Ma. Ini Delisha lagi melipat sarung salungka" tangan mungilnya masih sibuk melipatkan dan merapikan tikar yang terbuat dari daun pandan. Oleh penduduk setempat disebut dipi fanda. Tikar daun pandan sendiri merupakan hasil anyaman masyarakat sekitar. Hampir semua ibu-ibu memiliki keterampilan tersebut.
Setelah merapikan tempat tidur, Delisha pun beranjak menuju sebuah sumur tua yang terletak di belakang rumahnya. Tampak di sebelah kanan terdapat padasa sebuah tempat berbentuk kuali yang dilubangi tengahnya, agar dapat mengeluarkan air untuk berwudhu. Selang beberapa meter dari situ terdapat sebuah bangunan seperti kamar mandi, yang atapnya dari daun kelapa dan ditutupi dengan tarpal di setiap sisinya.
"Mama, baju putih Delisha mana?" sebuah pertanyaan yang diiringi tangisan oleh Delisha. Baju putih itu hilang.
Delisha sudah mengeluarkan semua isi lemari, tapi baju berwarna putih itu tak kunjung ditemukan. Sang Ibu yang mendengarkan tangis histeris dari anaknya, datang mendekati sumber suara. Dicari dan dicari, baju putih itu tak kunjung ditemukan
"Mama, bagaimana sekarang? Delisha tak bisa sekolah" rintihnya yang menyayat hati
Ibunya dengan bijak berkata "Delisha, pakai baju yang ada saja, Nak. Paling penting adalah Delisha bisa sekolah, hari ini kan kamu jadi petugas upacara, Nak" ujar perempuan berhijab itu. pada sang anak yang sejak tadi memasang muka cemberut. dengan air mata yang terus berjatuhan di wajahnya.