Mohon tunggu...
Aksara Alderaan
Aksara Alderaan Mohon Tunggu... Editor - Editor

Aksara Alderaan, seorang penulis fiksi yang sudah menulis beberapa karya, baik solo maupun antologi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Tanpa Judul - Chapter 2

9 Mei 2024   17:03 Diperbarui: 9 Mei 2024   17:07 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Sejak kapan pelabuhan ini bisa mengangkut penumpang, Kie," kataku tertawa, "pelabuhan ini hanya mengangkut barang aja, coba kamu lihat banyak banget, 'kan, kapal barang yang ada di sini?"

Ia mengangguk pelan. "Tapi, kenapa kakak ngajak aku ke sini? Jujur aku masih bingung, 'loh."

Aku tak menjawab, namun kutarik tangannya pelan. Kami kembali berjalan sekitar 100 meter ke sebuah jajaran sampan yang memang disewakan untuk pengunjung. Awalnya ia sangat takut ketika kuajak untuk menaiki sampan tersebut, namun aku berhasil membujuknya.

"Nanti kalo jatuh gimana, Kak?" tutur Kienna ketakutan.

"Tenang aja."

Sang nakhoda sampan pun mulai mengemudikan menelusuri bibir laut yang digenangi sampah. Meski sangat miris, pemandangan laut di depan tidak boleh dilewatkan. Kulihat Kienna masih takut sehingga hanya diam di atas sampan, sesekali aku jahil terhadapnya dengan sedikit menggoyang-goyangkan sampan ini.

"Saat kuliah dulu, ada tugas meliputi suatu tempat, entah kenapa aku tertarik dengan tempat ini," tandasku.

"Tapi, sampah-sampahnya cukup memprihatinkan, ya, Kak. Padahal, tempatnya bagus, loh!" serunya.

"Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan tertua di Indonesia, usut punya usut, tempat ini yang jadi cikal bakal terbentuknya Jakarta. Sudah berdiri sejak abad ke-5, dan sampai sekarang masih berfungsi sebagai pelabuhan dagang, alias tempat 'berkumpulnya' kapal barang dari berbagai tempat," jelasku yang didengar begitu baik oleh Kienna.

Tak lama kami berhenti di dekat sebuah kapal besar yang memang terparkir di ujung dermaga. Kapal tersebut sudah tidak digunakan lagi, namun masih menampung di atas laut. Kondisi kapal yang masih bagus membuat kami ingin naik ke atas kapal itu.

"Ini kapalnya emang sengaja ditaroh di sini, ya, Kak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun