Tiga bulan silam
Aku masih ragu mengirimkan naskah novel yang telah dibuat beberapa bulan lamanya. Telunjukku menari di atas tombol enter, tapi tidak kunjung menekannya. Kemarin aku melihat ada sebuah penerbitan yang membuka promo gratis terbit, aku tergiur dan mencoba untuk menerbitkan di sana. Setelah kurapikan seluruh naskah yang kupunya, aku mulai menyiapkan segala persyaratan yang diminta, seperti sinopsis, desain sampul, dan lain-lain.
Namun, hari ini, aku pusing memikirkan apakah harus kukirim atau tidak. Segala perjuangan dalam menulis buku ini terus berputar dalam pikiranku, serta seseorang yang kujadikan inspirasi terus terbayang. Di mana dia? Aku rindu dia. Kubuka lagi ruang obrolan bersamanya di WhatsApp. Beberapa pesan belum juga dibaca olehnya. Telunjukku mulai merangkai kata-kata baru, yang mungkin juga tidak akan dibaca olehnya.
Â
Aku masih berharap kau baik-baik saja di sana. Aku juga masih berharap dengan pertemuan denganmu lagi. Pesan-pesan sebelumnya yang belum kaubalas juga, anggap saja telah kaubaca. Kautahu aku menuliskan buku untukmu, jauh sebelum kauhilang entah ke mana. Kini, aku sedang mencoba mengirimnya ke sebuah penerbit. Aku tergiur dengan promo gratis yang dibuatnya.Â
Selain memberi tahu mengenai buku, aku juga ingin kautahu bahwa selalu ada doa yang kusematkan untukmu. Namun, jika tidak ada doa yang terkabul, aku akan tetap menunggumu. Kienna, apa kau tidak bisa memberi tahu kepadaku mengenai keberadaanmu saat ini? Jawaban itu sudah membuatku tenang. Sungguh. Aku hanya ingin tahu apakah dirimu masih ada di bumi atau tidak.Â
-- Tertanda, Pramudya.
Akhirnya setelah 'curhat' satu arah dengan Kienna, aku berani menekan tombol enter. Telunjuk yang sedari tadi menari di atasnya seketika luluh dibuatnya. Mungkin Kienna tidak akan pernah membaca pesan singkatku lagi, namun tindakan tadi membuatku lebih tenang dari sebelumnya. Tak butuh lama naskahku sudah masuk daftar terbit. Entah ini mimpi atau tidak, yang pasti ada pemberitahuan email yang masuk kepadaku.
_____________
Lima bulan silam
Naskah yang kubuat telah tuntas. Dua ratus delapan puluh tiga halaman tersusun rapi. Di dalamnya terdapat kata-kata yang menceritakan bagaimana indahnya kebersamaanku dengan wanita pujaan, Kienna. Gadis cantik yang kutemui kala menghadiri seminar kepenulisan beberapa bulan silam.