Raya mulai mengecek foto-foto di kamera miliknya. Meski ada beberapa foto yang buram, ia tetap puas dengan hasil foto yang dihasilkan olehku. Raya juga mengomentari hasil fotoku yang katanya sangat bagus.
Aku berharap tak terbang menembus langit ketika pujiannya datang kepadaku. "Kamu berlebihan. Aku hanya seorang pemuda desa biasa yang sebenarnya tidak pandai menggunakan kamera seperti itu. Tapi, karena kamu yang meminta, aku berusaha melakukannya dengan baik."
Ia mengangguk, kemudian kembali menatap layar kamera. Dahinya mengernyit. Selanjutnya yang dilihat adalah foto-foto dirinya yang berhasil kupotret diam-diam ketika ia sedang mengajar tadi.
"Kok, banyak banget fotoku?" tanyanya.
"Tidak apa-apa. Menurutku, momen itu yang tidak boleh tertinggal untuk dipotret," jawabku kikuk, "hmm... itu kamu makan dulu, Ray."
Aku berjalan mengambil setumpuk nasi kotak yang berada di dalam plastik merah. Kuambil lima kotak untuk dimakan bersama. Selanjutnya, aku, Saga, Raya, dan kedua temannya makan bersama sambil bercengkrama mengenai pengalaman satu harinya di desa ini.
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H