Debat publik, tentu akan menjadi semakin menarik yang berlandaskan pada argument, bukan sebatas sentimen. Nantinya, ketika masyarakat memilih pemimpin, pilihan itu bukan lagi diperoleh dengan legitimasi emosional, melainkan berdasarkan alasan yang rasional.
Tantangan para Politisi
Tentunya, dari semua pembahasan ini harapan bersama ialah bagaimana kelak menjadikan pesta demokrasi menjadi jauh lebih berkualitas. Meski harus disadari pada proses diwujudkannya pasti akan terdapat tantangan serta hambatan. Apalagi, mengingat pengaruh populisme masih sangat kuat dalam mendegradasi kualitas berdemokrasi saat ini.Â
Fenomena munculnya para politisi yang seolah-olah berpihak pada rakyat, namun sesungguhnya berpihak pada kepentingan pribadi dan kelompoknya. Lemahnya partyID dan pudarnya nilai ideologis dalam partai politik di Indonesia, mengakibatkan sulitnya masyarakat membedekan antar satu partai dengan yang lainnya dalam mencari keunggulan di setiap calon dan sederet hambatan lainnya yang dihadapi oleh masyarakat dalam mengikuti pesta demokrasi.
Setidaknya, dengan partisipasi aktif masyarakat dapat mengurangi hambatan-hambatan tersebut. Ketika peran masyarakat meningkat sebagai bentuk permintaannya untuk memperoleh pemimpin publik yang berkualitas, maka saat debat publik atau proses kampanye lainnya, masyarakat akan mengetahui politisi mana antara yang substansial serta tidak.Â
Dengan kurangnya kapabilitas seorang politisi, ia akan mudah tersingkir dengan sendirinya oleh "sistem permainan" yang sudah dibentuk oleh masyarakat.Â
Ketika masyarakat meningkatkan kualifikasi standar seorang pemimpin, mau tidak mau-suka tidak suka, akhirnya akan mendorong pula para politisi untuk meningkatkan kualitasnya guna meyakinkan konstituennya. Hasil akhirnya nanti, akan berupa kebaikan bersama dengan hadirnya pemimpin yang berkualitas; sesuai dengan harapan serta keinginan masyarakat.
Akan tetapi, apabila pada akhirnya masyarakat tidak memiliki semangat dorongan untuk menciptakan "rule of the game" bagi para aktor politik yang ingin menjadi penguasa.Â
Kemudian juga, jika para politisi tetap tidak ingin menyampaikan gagasan dan tawaran inovasi untuk masyarakat. Maka titik keseimbangan (ekuilibrium) tidak akan tercapai dan ekosistem demokrasi yang ideal sebagaimana penjelasan sebelumnya hanya akan menjadi sekadar angan-angan.Â
Masyarakat wajib menaruh sentimen bagi politisi yang tidak mampu menawarkan gagasan dan inovasinya yang dapat diandalkan dalam memenuhi kebutuhan atau menyelesaikan persoalan di tengah masyarakat. Sebab, aktor politik yang demikian -- tentu saja -- tidak layak untuk memimpin sebuah negara untuk berubah menuju pada kemajuan di kemudian hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H