Masih sering ditemukannya baliho dengan komposisi foto politisi yang mendominasi, ditambah dengan slogan atau jargon yang tidak dapat dipahami maksud dari gagasan para politisi yang hendak disampaikan.Â
Akhirnya, ini dapat mempengaruhi masyarakat pada tidak cukupnya pengetahuan terhadap kandidat yang akan dipilihnya saat pemilu berlangsung nanti. Ini tentu berdampak buruk, yang bukan hanya pada masyarakat dalam memilih politisi yang akan menjadi calon pemimpinnya, tetapi lebih jauh akan berpotensi dan berpeluang, melahirkan kebijakan-kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat.
Inilah peran dari suatu media, dalam tugasnya untuk mempublikasikan kepada khalayak ramai. Namun, kualitas dari pesan yang disampaikan kembali lagi tergantung pada politisi atau aktor pengguna dari medianya.
Transformasi Media Bagi Aktor Politik
Dalam konteks ini, dapat dipahami bahwa yang menjadi permasalahan bukanlah pada balihonya, melainkan message atau kualitas pesan yang hendak disampaikan kepada publik.Â
Sebenarnya tidak ada masalah bagi aktor politik dalam menggunakan media baliho sebagai sarana untuk mengenalkan dan mempromosikan kepada publik.Â
Akan tetapi, hendaknya dapat dilakukan secara adaptif yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Sebab bagaimanapun aktor politik bertujuan untuk merebut suara rakyat, maka sudah seharusnya politisi pandai-pandai dalam membaca situasi di tengah masyarakat.
Secara lebih lanjut, di era perkembangan digital saat ini, menjadikan setiap kehidupan masyarakat modern saat ini dilakukan secara digital. Sehingga, menjadikan masyarakat modern dikenal juga dengan masyarakat digital.Â
Maka, sudah sepatutnya para aktor politik hendak menggunakan media teknologi informasi ini, karena banyak digunakan oleh masyarakat sekarang. Penggunaan media digital tidak memerlukan biaya yang besar, lalu di saat bersamaan pula publikasi dapat dilakukan dengan cepat yang mampu menembus batas wilayah tertentu.Â
Namun, yang terpenting ialah dengan memanfaatkan media digital dapat menjadi sarana komunikasi dua arah antara aktor politik dan masyarakat. Di sini para politisi dapat membuka ruang dialog dengan masyarakat, agar dapat mengetahui aspirasi dan kebutuhannya.
Apabila di baliho sangat sulit untuk memberi informasi secara lengkap, karena terbatasnya ruang. Sehingga hanya berupa gagasan besar yang bersifat umum saja dapat tersampaikan. Maka di media digital para politisi justru memiliki ruang penuh dalam mengelaborasi gagasannya secara mendalam.Â