warga :" bu...Bu sukar...Bagus bu...Bagus OD..mati bu...jenasah e digawa neng Rumah sakit Bhayangkara.(bu..bu Sukar..bagus bu...bagus OD (Over Dosis)..meninggal bu..jenasahnya dibawa ke Rumah sakit Bhayangkara)"
si Ibu yang mendengar teriakan dari warga jatuh pingsan.Tubuhnya yang tidak sempat aku topang,rubuh ke lantai.Aku mencoba membopongnya,dan menidurkannya di sofa ruang tamu.Si Putri mengambil minyak kayu putih dari kamarnya lalu mengolesinya di sekitar hidung si Ibu.5 menit kemudian si Ibu sadar dan menangis.
"Anakku...anakku..."teriak si Ibu sambil berlari ke luar rumah.Aku mencegahnya.
"Bu..mari kami antar ibu ke rumah sakit."ajakku.Lalu ku tuntun si Ibu kembali ke dalam rumah.Putri kemudian menyalakan mobilnya dan mengeluarkannya dari garasi.Aku dan Ibu masuk ke mobil.Dan kami pun langsung menuju Rumah Sakit Bhayangkara.
Sesampainya di Rumah Sakit Bhayangkara,aku langsung menuju ruang resepsionis untuk menanyakan dimana jenasah si Bagus.Oleh resepsionis diantar menuju ruang IGD.Disana sudah ada dari pihak kepolisian.Dan salah satu polisi ada yang mengenalku.
"Hei Sat...itu temenmu yang Over Dosis"tanya polisi yang rupanya tetanggaku.Dia mengenalku tetapi aku tak mengenalnya.mungkin karena jarang ketemu di perkumpulan kampung.
"Bukan bro...tu anak..anaknya ibu ini..beliau tetangganya cewekku."jawabku.Aku masuk ke ruang IGD untuk melihat jenasahnya.Perutku mual ketika melihat darah keluar dari hidung jenasahnya,mulut jenasahnya juga penuh dengan busa.Akhirnya aku dan Putri menunggu diluar ruangan.Kami ditemani oleh Polisi yang ternyata tetanggaku.
Pak polisi kemudian bercerita. " Anak-anak berandalan suka membuat repot .Minum minuman keras oplosan.Asal campur,Asal enak.Sudah beberapa kali diperingatkan,sudah banyak yang ketangkep tapi masih aja ada yang ngeyel.Bayangkan aja alkohol dicampur dengan obat nyamuk cair,dan minuman soda.la yoo modaaar...."
Aku tampak serius mendengarkan ceritanya.Putri yang nampak lelah akhirnya tertidur di bahuku.Kami sengaja menunggu si Ibu sampai jenasah siap untuk dibawa ke rumah duka.Rasa kantuk hinggap di pelupuk mataku.Dan aku pun ikut tertidur di kursi panjang depan ruang IGD.
"Mas..mas bangun..jenasahnya sudah siap dibawa ke rumah duka."kata pegawai rumah sakit.Aku dan Putri langsung bangun.Ku lihat si Ibu masih menangis meratapi kepergian anaknya.Akhirnya kami ajak ibu untuk masuk ke mobil.Dan iring-iringan mobil pun bergerak menuju rumah duka.
Sesampainya di Rumah duka,segala persiapan sudah dilakukan oleh warga untuk menyambut jenasah.Bendera putih tanda duka cita sudah terpasang di sudut gang masuk.Beberapa warga menggotong peti jenasah dan memasukkannya ke dalam rumah.Si Ibu aku antar masuk ke rumahnya.Suaminya yang Stroke juga sudah berada di  ruang tamu.Dia duduk di atas kursi roda sambil tak henti-hentinya memanggil nama anak satu-satunya yang kini telah tiada.Setelah mengantar si Ibu masuk,aku pulang ke rumah Putri untuk sholat subuh dan istirahat.Tak lupa aku mengabari Ibuku yang ada di rumah.