Mohon tunggu...
Galih Satria H
Galih Satria H Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Belajar menulis

ASN milineal yang sangat mendambakan proses kerja terbuka terhadap fleksibilitas,kreatifitas,dan inovasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hidup di Dalam Naungan Doa Seorang Ibu

11 Januari 2016   15:59 Diperbarui: 11 Januari 2016   16:51 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Makan yuk be...aku laper nih" ajakku.Si Putri mengangguk.Kami menuju parkiran bawah melalui lift,karena jam operasional mall sudah selesai jadi eskalatornya sudah mati.Di sepanjang perjalanan menuju parkiran,dia celoteh panjang banget tentang film tadi,terus berkomentar kelemahan filmnya,pokoknya kayak pengamat film.Aku hanya mendengarkannya sambil sesekali mengangguk.

Parkiran motor pun sudah sepi,hanya ada beberapa motor saja yang masih terparkir rapi.Setelah mencari-cari akhirnya ketemu juga motorku (maklum mudah lupa).Ku nyalakan mesin motorku,si Putri juga sudah naik di belakang dan kami pun tancap gas mencari makan.

"Beb..nanti dibungkus aja ya makanannya,makan di rumah aja."kata Putri.Aku pun menyetujuinya.Akhirnya kami memilih untuk membeli nasi padang karena porsinya yang lumayan banyak.Aku menunggu di motor,sementara si Putri yang masuk ke rumah makan untuk membeli nasi padangnya.Mumpung si Putri masih di dalam,aku nyuri-nyuri kesempatan untuk merokok,maklum aku sudah janji sama dia untuk tidak lagi merokok.Belum juga sampai setengah batang,ku lihat si Putri sudah menuju kasir.Aku langsung membuang putung rokokku,dan mengambil permen yang ada di saku celanaku.

Dia menenteng beberapa kresek yang berisi nasi dan teh panas.

"Yuk..jalan" kata dia.Aku menyalakan mesin motorku dan langsung memasukkan gear 1 dan tancap gas menuju rumah.

Sesampai di rumah,Putri langsung mengambil 2 piring dan 2 gelas kemudian membuka makanan yang kami beli tadi.Aroma rempah dari masakan padang membuat perut kami makin keronconngan,langsung saja aku santap nasi yang sudah disiapkan di depanku.Baru enak-enaknya makan,kami dikejutkan dengan suara bising-bising dari luar rumah.Aku mengintip dari jendela,ibu dan anak yang tadi sore aku lihat kembali ribut.Dan keributan kali ini sama seperti keributan sore hari tadi,yakni masalah uang.Si anak kembali meminta uang ibunya.

Anak: "Bu...njaluk duit e...(bu,minta uang)"

Ibu : "Ibu wis ora due duit le...sesuk nek ibu due mesti ibu wenehi (ibu sudah tidak punya uang nak,besok kalau ibu punya pasti ibu berikan)

Anak :( dengan nada yang kasar) " Ah...cangkeman tok!!!ket wingi kok alesanne ora due duit,yowis sertifikat lemah e arep ku gadekke ae (Ah...ngomong doang!!! Dari kemarin kok alasannya gak punya uang,yasudah sertifikat tanahnya aku gadaikan saja)"

Ibu: (sambil menangis) "Ojo le....kui harta keluarga sek keri dewe..kabeh wis bablas dinggo ngobati bapak(Jangan nak..itu harta keluarga terakhir,semua sudah amblas untuk berobat bapak"

Anak : "Ngopo bapak ora mati sisan..dadi ra perlu berobat (Kenapa bapak tidak meninggal sekalian,jadi tidak perlu berobat)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun