Mohon tunggu...
Aymara Ramdani
Aymara Ramdani Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang hanya tahu, bahwa orang hidup jangan mengingkari hati nurani

Sebebas Camar Kau Berteriak Setabah Nelayan Menembus Badai Seiklas Karang Menunggu Ombak Seperti Lautan Engkau Bersikap Sang Petualangan Iwan Fals

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Catatan Sebuah Perjalanan: Pendakian Gunung Sumbing

8 Desember 2017   11:24 Diperbarui: 8 Desember 2017   13:08 1782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun itu hanya beberapa meter saja kawan, selanjutnya tanjakan terjal sudah menunggu didepan mata, kami terus berjalan menapakinya, langkah-langkah kami mulai gontai, rasa lelah kembali mnghampiri kami, Kang Nyot bahkan sampai tertidur pulas di tengah jalan karena menikmati kepalanya yang memang sudah pusing dari tadi. Halangan itu kami lalui, bidadari satu-satunya tetap melangkahkan kakinya dan aku sangat kagum dengan tekadnya, tekad yang harus aku tanamkan kepada diriku sendiri.

dokpri
dokpri
Watu Kotak akhirnya kita jumpai dan seperti biasa, kita istirahat sejenak..kawan, menurutku setelah Pos ini adalah Pos yang sangat sulit, terjal, berbatu serta debu yang semakin ganas karena langkah-langkah kami mulai terseret. semua itu bersatu padu menghasilkan suasana yang sangat memberatkan langkah-langkah kami. Namun kita semua terus berjalan berjalan dan berjalan, dengan satu tujuan ingin mencapai puncak Gunung Sumbing. aku terseok, tergelincir, merosot dan melemah namun ku kuatkan tekad untuk meraihnya. tahukah kawan? kelelahan, kekuatan mental di alam raya, kesolidan tim, survive, dan keteguhan dalam mencapai asa di alam raya (gunung), membuat kita sadar atau tidak, itu akan terrefleksikan dalam kehidupan kita sehari-hari, aku percaya itu dan sedikit banyak akan membuat kita bijaksana dalam mengarungi kehidupan ini.aku berjalan di depan sendirian kawan. Sementara kawan kawanku yang lain beberapa meter di belakangku.

dokpri
dokpri
Kelelalahan itu, medan terjal itu, jalur berbatu itu , dan debu yang tiada henti menyerang kami, akhirnya mampu kita lalui. Sekira pukul 03,00 kami tiba di puncak Gunung Sumbing. Batuan cadas, kawah yang luas memperlihatakn sisa letusannya dan pemandangan yang tidak tertutupi oleh apapun dapat kami saksikan dengan mata kami, aku yakin, dalam kepala kawan-kawanku, mereka mempunyai cerita dan pengalamannya sendiri-sendiri, kami saling bersalaman mengucap syukur dan menikmati puncak Gunung Sumbing. Tercapai sudah kami berlebaran di Gunung Sumbing, terealisasikan juga wacana yang sempat tertunda bersama kang Tege.

dokpri
dokpri
Kami nikmati suasana itu, P(f) dan Kang Sob seperti biasa dengan senjatanya selalu mengabadikan moment-moment yang luar biasa itu, kami berdiri di batuan tertinggi di Gunung Sumbing, waw luar biasa. oh iya kawan, sepatu pamungkas Wawan"bimbim" Tuber diabadikan di sana. sepatu yang akan mempunyai kenangan dengannya.

Kami tidak lama menikmati suasana puncak gunung tersebut, karena pukul 03.30 kami harus kembali turun agar tidak kemalam sampai base camp. Aku berfikir dengan medan turun akan lebih mudah dan tidak menguras tenaga, namun kawan, setelah aku jalani ternyata fikiranku salah. Medan menurun justru lebih menguras energi dan tenaga kita. 

302295-1952518420612-2046219197-n-5a2a2c4b6d128611d7146e83.jpg
302295-1952518420612-2046219197-n-5a2a2c4b6d128611d7146e83.jpg
Pertahanan dengkulku sedikit goyah, telapak kakiku mulai tak terkendali pahaku sudah tidak terkontrol lagi. dan aku yakin semua sahabatku juga demikian. Langkah-langkah kami semakin lunglai, Mboiy Nyot, terdiam dan selalu menikmati dirinya sendiri yang sedang sakit. Tutu sudah terkilir dan membuat jalannya semakin lambat. di tengah jalan kami selalu bergumam, teh manis...teh manis...teh manis..

Tahukah kawan, kenapa kami selalu bergumam demikian. Dari Pos Pestan sampai bawah, kami hanya mempunyai perbekalan air masing-masing hanya 1/16 aqua botol kecil, 2 buah agar-agar atau jelly dan beberapa permen, hanya itu perbekalan kami dan itu harus kami hemat untuk mencapai base camp. I Will Survive.

dokpri
dokpri
Kami terus menuruni lembah, dan padang savana, it's amazing di Pos Pestan kami mendapati sebuah pemandangan yang luar biasa, Kang Sob dan P(f) sudah pasti mengambil senjatanya kemudian mengabadikannya. luar biasa. Matahari itu perlahan-lahan tenggelam dan sebelum benar-benar tenggelam, cahaya matahari itu masih memantulakn cahanya dengan menciptakan harmoni dan membentuk bintang dengan warna jingga keemasan, luar biasa, kami melihat fenomen dan lukisan alam ini kawan. Di kejauhan juga tampakdiantara gumpalan awan dan sisi kiri Gunung Slamet yang batuk kecil dari tadi, sungguh, aku takjub dengan fenoma alam ini.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Teh manis..Teh manis.. masih menggema di telinga kami-masing masing. akhirnya kita tiba di pos atau ladang tembakau dengan medan berbatu yang sudah di tata rapi. hhhufttttttth.. ini merupakan medan penyiksaan buatku, ya medan yang membuat langkah dan punggung kami semakain tertatih, lunglai dan tak henti-henti aku bergumam. "kok ga sampe-sampe yak". 

Akhirnya setelah melewati itu semua tepat pukl 22.40 kami semua tiba di base camp Garung. namun sayang, pos tersebut sudah penuh dengan para pendaki yag hendak naik keesokan paginya, akhirnya kami di perkenankan menginap di rumah Pak Jamal, ya seorang yang menjaga pos pendakian di Garung. Kami istirahat sejenak dan tahukah kawan, gumamam kami tadi, di tengah gunung tadi, tereaslisasi, ya teh manis dengan aroma khas Garung tiba, segera kami membantainya, tiga gelas, tiga gelas dua gelas, luar biasa, pelajaran moral no 181 yang saya dapatkan, berucaplah yang baik-baik saja, karena ucapan adalah doa, kawan. Sangat puas kami menikmati teh manis, setelah itu kami istirahat untuk melanjutkan pulang keesokan harinya.

dokpri
dokpri
Pagi tiba dan siap untuk kembali ke Jakarta. kami bersiap untuk menuju semarang, namun, bis yang akan kita tumpangi semuanya full, penuh dan hingga mobil bisnya miring dan oleng pula. Kami membatalkan niat. Kami menuju terminal Wonosobo kami berfikir, mungkin jika kita naik dari terminal akan dengan mudah dan dapat duduk , namun sama saja. semuanya bis penuh, hahahaha, akhirnya aku hanya narkopian saja di terminal Wonosobo itu. Jalur yang kita lalui akhirnya adalah Garung-Wonosobo-Temanggung-Secang-Yogya...Yogya..Yogya..Yogya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun